Teknologi AI Untuk Karya Seni: Tantangan Atau Keuntungan?

Ilustrasi oleh Disrupto

Ilustrasi oleh Disrupto

Ketergantungan manusia dengan teknologi AI (Artificial Intelligence) dari masa ke masa semakin meningkat. Terutama di era pandemi di mana manusia memanfaatkan teknologi AI jauh lebih banyak dari sebelumnya. Teknologi AI pun merambah ke dunia seni semakin dalam. 

Rupert Thomson, Head of Artistic Programming at Art House Limited, mengemukakan bahwa seni adalah salah satu alat terbaik untuk memahami apa yang berubah di masyarakat kita dan AI mengambil peran penting dalam perubahan kehidupan masyarakat. Mulai dari hal sekecil hiburan konten di media sosial hingga agenda negara dalam menjalankan pemerintahan, semua memanfaatkan teknologi AI. Sama halnya dengan dunia seni yang memanfaatkan AI dalam satu siklus produksi, distribusi dan konsumsi. 

Dalam ranah produksi

Para penghasil karya yang memanfaatkan teknologi AI harus mempertanyakan pada diri masing-masing tentang apa tujuan, aplikasi dan implikasi dari pemanfaatan AI untuk menghasilkan karya. Lalu, bagaimana pengembangan AI bisa tetap menampilkan sisi-sisi kemanusiaan sebagai medium pengembangan ideologi? Jangan sampai teknologi AI atau machine learning digunakan untuk hal-hal yang melanggar aturan main dunia seni dan mengurangi sentuhan sifat manusia. Produksi karya tetap harus mengusung pesan-pesan sosial atau politik dalam balutan estetika yang tidak menyebrangi dunia seni itu sendiri. 

Contohnya, penerapan sistem AI untuk membuat robot yang dapat menghasilkan karya seni. Tujuannya adalah untuk menampilkan kemahiran manusia dalam menyampaikan gagasan di mana ide kreatif dalam otak robot tetap berasal dari manusia. Jangan sampai justru penciptaan karya berbasis teknologi seutuhnya untuk menciptakan makhluk baru yang membuat manusia tidak lagi perlu berkarya. 

Dalam ranah distribusi

Manifestasi teknologi AI dan machine learning yang terbukti banyak memberikan dampak positif pada peradaban manusia juga ternyata menimbulkan sejumlah keraguan terhadap cara kerjanya. Salah satunya adalah keraguan akan cara kerja algoritma. Batasan atas penggunaan sistem AI dan machine learning harus bisa mempertimbangkan objektivitas dan nilai-nilai kesetaraan. Aplikasi sistem AI dan machine learning pada distribusi karya seni, contohnya, harus diatur sedemikian rupa agar tidak terjebak dalam ruang gema para pengguna. 

Dalam ranah konsumsi

Para konsumen juga berperan penting dalam pembentukan siklus produksi karya seni. Memiliki kesadaran tinggi atas trik algoritma bisa jadi salah satu cara termudah untuk melancarkan siklus penyebaran karya seni lebih sehat.

Previous
Previous

Bersiaplah Untuk Krisis Air Bersih

Next
Next

Apakah Transplantasi Kepala Ubah Kepribadian Pasiennya?