T-Mobile bersama SpaceX Perluas Sinyal Telepon dengan Layanan Direct-to-cellphone Satellite

Ilustrasi oleh Disrupto

Selama ini, penyedia layanan seluler menggunakan menara Base Transceiver Station atau disingkat “BTS” untuk memfasilitasi komunikasi nirkabel antara perangkat komunikasi dan jaringan operator. Kompleksitas membangun menara BTS membuat cakupan sinyal terkadang sulit  didapatkan di tempat-tempat terpencil.  Sebuah perusahaan telekomunikasi asal Jerman, T-Mobile, berencana untuk menggunakan satelit broadband Starlink milik SpaceX pada tahun depan untuk memperluas jangkauan sinyal telepon di Amerika Serikat. Kedepannya, satelit Starlink V2 akan memberikan sinyal langsung ke ponsel untuk menyediakan konektivitas bahkan di luar jangkauan menara Base Transceiver Station (BTS).

Telepon Satelit

Telepon satelit menempatkan base transceiver station (BTS) nya di udara sehingga memiliki jangkauan lebih luas dibanding telepon berbasis GSM yang menempatkan BTS-nya di darat (menara). Karena tidak terbatas oleh jangkauan menara BTS, telepon satelit dapat digunakan di daerah pegunungan, pedalaman hingga di tengah lautan. Telepon satelit menjadi sarana komunikasi pilihan bagi orang-orang yang bekerja di daerah terpencil seperti nahkoda kapal di tengah samudra hingga untuk kebutuhan militer sekalipun. Namun teknologi ini dinilai tidak praktis untuk digunakan dalam kegiatan sehari-hari dikarenakan dibutuhkannya perangkat khusus dan biaya layanannya yang mahal.

Tantangan teknis

T-Mobile dan SpaceX akan meluncurkan satelit Starlink V2 untuk menyediakan layanan telepon satelit pada ponsel reguler. Namun, satelit Starlink V2 terlalu besar untuk dimuat pada roket Falcon 9 yang selama ini digunakan SpaceX untuk meluncurkan generasi Starlink saat ini. CEO SpaceX, Elon Musk, mengatakan Starlink V2 membutuhkan roket dengan daya angkut yang lebih besar agar dapat membawanya ke orbit. Saat ini, SpaceX sedang mempertimbangkan untuk mengurangi ukuran satelit dengan membuat varian “mini” dari Starlink V2 agar dapat dimuat di dalam roket Falcon 9. Namun, Musk tidak memastikan apakah Starlink V2 yang diperkecil ini akan memiliki antena yang cukup besar untuk menghubungkan ponsel ke satelit secara langsung.

Terhalangan regulasi

Pada bulan Juni, Federal Aviation Administration mengatakan SpaceX harus menerapkan langkah-langkah untuk mengurangi dampaknya terhadap lingkungan sebelum meluncurkan Starship ke orbit dari situs peluncurannya di Texas. SpaceX juga masih memerlukan izin dari FCC ( Federal Communications Commission) untuk mengoperasikan 30.000 satelit Starlink V2. Musk mengatakan "kami dibatasi oleh persetujuan peraturan," tetapi "dari sudut pandang teknis" layanan direct-to-cellphone satellite ini bisa beroperasi bahkan dengan hanya segelintir satelit di orbit, meskipun akan ada kelambatan dalam layanannya. Musk juga mengatakan, layanan ini tidak akan menggantikan layanan telepon yang sudah ada saat ini. Melainkan, untuk mengadakan koneksi seluler di tempat-tempat yang sebelumnya tidak mendapatkan sinyal sama sekali. Bagi pengguna yang berada di perkotaan akan tetap menggunakan jaringan menara sebagai base transceiver station.

Previous
Previous

Solusi “Zaman Batu” dari Greenpeace Efektif Melawan Industri Perikanan Destruktif

Next
Next

Menikmati Musik dengan Piringan Hitam yang lebih "Hijau"