Menikmati Musik dengan Piringan Hitam yang lebih "Hijau"

Ilustrasi oleh Disrupto

Di era serba modern ini terkadang muncul rasa untuk mengeksplorasi hal-hal di masa lampau. Istilah “retro” kerap digunakan untuk mengekspresikan gaya yang meniru-niru tren atau bentuk seni dari masa lalu. Istilah retro ini sering kita jumpai baik dalam bidang mode, busana, musik atau bahkan gaya hidup. Salah satu tren retro yang sedang ramai diminati di seluruh dunia adalah mengoleksi piringan hitam.

Teknologi abad ke 19

Phonograph record, atau yang biasa disebut sebagai piringan hitam, sebenarnya sudah ada sejak 1880. Sejak kehadirannya, piringan hitam menjadi media favorit untuk mendengarkan musik bahkan hingga penggantinya, cassette, hadir di tahun 90an. Walau popularitasnya sempat menurun di awal 2000an, kini minat akan piringan hitam telah bangkit kembali. Sekitar 9,2 juta rekaman terjual di AS pada tahun 2014, meningkat 260% sejak 2009. Demikian juga penjualan di Inggris yang meningkat lima kali lipat di rentang tahun yang serupa. Piringan hitam juga kerap disebut dengan istilah lainnya yaitu “Vinyl”. Istilah tersebut muncul di tahun 1940 dimana piringan hitam mulai dibuat dengan bahan polyvinyl chloride. Namun penggunaan bahan ini telah menimbulkan masalah baru.

Hitam yang lebih hijau

Polyvinyl chloride (PVC) adalah salah satu jenis plastik yang sangat sulit terdegradasi. Bahkan Greenpeace menobatkan PVC sebagai jenis plastik yang paling merusak lingkungan. Permintaan konsumen yang terus meningkat dan tuntutan akan piringan hitam yang lebih ramah lingkungan, menjadi dorongan bagi Harm Theunisse, pemilik perusahaan Green Vinyl Record untuk mencari solusinya. Theunisse mengatakan, ia ingin melakukan sesuatu agar generasi mendatang dapat mendengarkan musik dengan vinyl tanpa khawatir tentang dampaknya terhadap lingkungan. Tantangan untuk menemukan alternatif ramah lingkungan dari PVC yaitu untuk mencocokkan kualitas suara yang kaya dan tetap mempertahankan daya tahan plastik. Setelah sembilan bulan bereksperimen, mereka menemukan bahan dasar alternatif untuk piringan hitam. penggunaan Polyethylene Terephthalate (Pet) diharapkan dapat menjadi solusi dari permasalahan ini. Pet, adalah jenis plastik yang lebih lebih tahan lama dan lebih mudah di daur ulang dibanding PVC. Namun, penggunaan pet sebagai bahan dasar piringan hitam menimbulkan masalah baru.

Lebih Mahal

Bisnis piringan hitam sudah berjalan selama puluhan tahun. Salah satu pemain besar dalam bisnis piringan hitam adalah Record Industry, perusahaan asal Belanda milik Ton Vermeulen. Vinyl telah diproduksi di pabrik Vermeulen sejak tahun 1957. Setiap harinya, Record Industry dapat menghasilkan 50.000 rekaman PVC. Vermeulen cemas dengan perubahan bahan dasar dari PVC ke Pet dapat mempengaruhi bisnis piringan hitam dikarenakan besarnya biaya yang perlu dikeluarkan untuk merubah proses manufaktur. Akan tetapi, harapan akan piringan hitam yang lebih ramah lingkungan tidak sirna begitu saja. Salah satu perusahaan label ternama Warner Records telah bekerja sama dengan Green Vinyl Records dalam memproduksi piringan hitam berbahan dasar Pet untuk musik-musiknya.

Previous
Previous

T-Mobile bersama SpaceX Perluas Sinyal Telepon dengan Layanan Direct-to-cellphone Satellite

Next
Next

Ecovado, Buah Alpukat Jadi-jadian yang lebih Ramah Lingkungan