Sharlini Eriza Putri: Memanfaatkan Microbiome Atasi Krisis Kesehatan
Selama berpuluh tahun, kita terbiasa untuk berpikir bahwa bakteri atau virus adalah organisme yang tidak baik untuk tubuh. Oleh sebab itu, kita seringkali melakukan berbagai upaya untuk meniadakannya dalam hidup kita. Sedikit kita tahu bahwa ternyata setengah dari bagian tubuh manusia adalah milik microbiome seperti virus dan bakteri. Faktanya, keberagaman virus dan bakteri tersebut membantu kita membangun imunitas dalam tubuh dan hidup manusia bisa dikatakan bergantung pada mereka.
Menemukan pemahaman tersebut, Sharlini Eriza Putri memulai perjalanannya sebagai Co-Founder dan CEO Nusantics, perusahaan yang berbasis penelitian microbiome. Awal mendirikan, sebagai individu yang menekuni bidang sains dan teknologi, ia mengakui bahwa banyak sekali pertanyaan atas fenomena alam. Salah satunya tentang pengolahan limbah. Ia mempertanyakan mengapa keberagaman bakteri di pengolahan limbah bisa menentukan kejernihan airnya. Juga tentang kekebalan tubuh di mana anak-anak yang kurang bersih tubuhnya bisa lebih kebal ketimbang anak-anak yang bersih. Setelah menelisik lebih dalam tentang genomic, Sharlini pun menemukan ternyata keberagaman microbiome di tubuh sangatlah menentukan imunitas manusia. Kita butuh paparan microbiome untuk meningkatkan imunitas. Hal ini pun jadi amat penting mengingat fenomena krisis kesehatan di era pandemi yang sedang kita hadapi ini.
Kelahiran Nusantics pun dipercaya dapat bermanfaat untuk mengingatkan manusia tentang pentingnya pemahaman microbiome dalam kehidupan sehari-hari serta variasi microbiome dalam tubuh kita. Utamanya, yang dilakukan Nusantics adalah menerapkan studi genomic untuk meneliti virus, jamur, dan bakteri. “Tujuan jangka panjang Nusantics adalah untuk memetakan microbiome sebanyak-banyaknya sehingga bisa merancang diversity indexing atau index keberagaman microbiome”, jelas lulusan Imperial College London jurusan Sustainable Energy tersebut.
Dalam proses penyebaran kesadaran atas pentingnya menjaga keseimbangan microbiome, Nusantics membantu berbagai bisnis untuk melakukan riset yang berkaitan. Contohnya jika sebuah bisnis kecantikan hendak membuat formulasi yang baik untuk kulit wajah. Nusantics dapat membantu dalam riset dan pengembangan produk-produknya dengan pendekatan studi genomic dan penelitian microbiome. Jadi, produk-produk tersebut dapat aman diaplikasikan di kulit manusia.
Sharlini melanjutkan, “Konsep microbiome adalah konsep yang amat baru. Kami tidak bisa langsung memaparkan pentingnya konsep tersebut bagi kesehatan kita dan keberlangsungan alam jika tidak masuk dari hal paling dasar. Oleh sebab itu, masuk dari industri kecantikan menjadi langkah kami memperkenalkan microbiome. Nyatanya, produk-produk perawatan tubuh sangatlah berkaitan erat dengan kondisi microbiome di kulit manusia. Jadi timbulnya jerawat dan gangguan kulit lainnya bisa sangat berkaitan dengan keberagaman microbiome di tubuh manusia.”
Ia pun percaya sebenarnya manusia perlu memelajari lebih dalam tentang fundamental science sebelum mengembangkan teknologi canggih. Teknologi sendiri sebenarnya adalah bidang turunan dari sains. Jika kita tidak memahami secara mendalam tentang sains, keberadaan teknologi bisa berbahaya bagi keberlangsungan hidup manusia. Sebaliknya, manfaat teknologi bisa dirasakan secara maksimal di kehidupan jika sains dieksplorasi lebih dalam dan luas. Oleh sebab itu, Nusantics fokus pada aspek edukasi dalam pengembangan bisnisnya di mana kolaborasi dengan banyak pihak terus dilakukan. Sharlini mengakui bahwa hanya dengan kolaborasi kesadaran dan pengetahuan tentang microbiome bisa tersebarluaskan.
Membicarakan tentang kunci keberhasilan Sharlini menyatakan, “Jangan pernah berhenti. Kita harus selalu melakukan progres. Sulit sekali memang membawa pemahaman microbiome di masyarakat yang sudah sekian lama memahami bakteri sebagai organisme jahat. Tapi jika kita melihat jauh ke depan, dampak dari antiobiotik atau pemusnahan microbiome di tubuh dan lingkungan sekitar dapat menimbulkan wabah baru. Akhirnya kita memang harus mulai membangun kesadaran tentang itu dari sekarang untuk mencegahnya.”