Selamat Datang di Era Singularity

Ilustrasi oleh Disrupto

Ilustrasi oleh Disrupto

Selamat datang di era singularity; era di mana manusia dan teknologi terintegrasi untuk menciptakan transformasi peradaban. Pada dasarnya, manusia dan teknologi sudah hidup berdampingan dari berabad-abad lalu. Meskipun bentuk “teknologi” di abad-abad lalu berbeda dengan bentuk yang ada saat ini. Bentuk teknologi di awal abad ke-21 merupakan bentuk revolusi di bidang genetika, nanoteknologi, dan robotik. Namun, seiring berkembangnya zaman, di dua puluh tahun setelah abad Milenium terjadi penemuan teknologi yang berkaitan dengan superintelligent machine

Apa itu superintelligent machine?

Superintelligent machine adalah teknologi yang menggunakan kemampuan kognitif manusia untuk menciptakan berbagai solusi atas permasalahan manusia. Teknologi berbasis superintelligent bahkan diyakini dapat membantu manusia melampaui kemampuan-kemampuan yang dimiliki manusia pada umumnya. 

Apa bentuk superintelligent machine?

Brain-computer interface, genetic engineering dan artificial intelligence merupakan bentuk-bentuk teknologi superintelligent. Saat ini bentuk-bentuk tersebut dapat kita temui di produk-produk teknologi yang digunakan sehari-hari seperti smartphone, laptop, dan berbagai perangkat komputerisasi lainnya. Pengembangannya pun sangat pesat, melihat produk-produk berbasis Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR) telah banyak ditemukan di masyarakat. Contoh sederhana produk AR adalah filter yang ada di Instagram Story sedangkan VR banyak kita temui di berbagai game online di mana kita masuk ke realita digital dalam game

Bentuk-bentuk ini pun hanya permulaan saja. Faktanya, berkat pandemi yang mengharuskan kita “bergantung” pada teknologi digital, perkembangan teknologi superintelligent seakan mengalami percepatan.

Bagaimana masa depan teknologi superintelligent?

Cerita-cerita antologi yang ada dalam serial TV Black Mirror nyatanya bukanlah sekadar fiksi biasa. Diketahui sistem dan produk teknologi yang ditampilkan di setiap episode-nya merupakan pengenalan akan realita kita di masa depan. Seorang futurist, Ray Kurzweil, yang mengenalkan kata singularity lewat bukunya, The Singularity is Near, menyatakan bahwa kehidupan di masa post-singularity akan lebih banyak berada di ranah virtual. Manusia di masa depan bisa memindai alam sadarnya ke dalam komputer dan hidup di realita virtual selamanya. Persis seperti yang ditampilkan di Black Mirror dalam episode berjudul “San Junipero”. Hal ini akan terjadi paling tidak di tahun 2045. 

Tidak perlu berlama-lama sampai di tahun 2045, di tahun 2021 saja berbagai produk teknologi berbasis AI, AR dan VR sudah mengalami percepatan melebihi ekspektasi. Apple Car, contohnya, yang sudah dalam pengerjaan membuat mobil otomatis tanpa supir. Tentunya sistem tersebut hanya bisa terjadi dengan pengembangan AI. Ada pula robot Sophia yang sudah dirakit dari tahun 2016 dan akan didistribusikan secara massal di tahun 2021. Robot Sophia dikenal sebagai robot yang memiliki fitur-fitur humanisme seperti kemampuannya untuk mendeteksi emosi manusia lalu meresponnya layaknya sesama manusia. Lagi-lagi berkat teknologi AI, Sophia bisa lahir ke realita manusia dan melengkapi kebutuhan-kebutuhan manusia di peradaban modern.

Jadi, tidak heran jika era singularity sebenarnya bukan lagi sudah dekat melainkan sudah terjadi. Era yang mempersatukan manusia dengan teknologi menjadi satu entitas singular.

Previous
Previous

Pelajar Madrasah Ciptakan Teknologi Canggih

Next
Next

NASA Mendarat Di Mars