Rumah 3D-Printed Adalah Rumah Ramah Kantong Di Masa Depan?
Dari masa ke masa, dengan tingginya populasi masyarakat urban serta berkurangnya lahan untuk tempat tinggal, harga sebuah rumah semakin mahal. Tidak hanya biaya lahan saja, biaya konstruksi pun dipertimbangkan jadi alasan harga rumah yang kian tinggi. Oleh sebab itu, berbagai solusi pembuatan rumah ramah kantong pun terus diupayakan. Salah satunya adalah dengan inovasi rumah 3D-printed. Seperti namanya, metode yang digunakan untuk membangun rumah 3D-printed menggunakan pencetak amat besar yang dapat menghasilkan bangunan sebesar rumah.
Teknologi 3D Untuk Konstruksi Rumah
Perkembangan teknologi 3D printing memang amat berkembang pesat. Di negara-negara Eropa, banyak pihak yang sudah memanfaatkannya untuk berbagai bidang seperti kesehatan dan arsitektur. Rumah 3D-printed ini pun menjadi salah satu inovasi terbaru yang sedang terus berproses demi merespon tantangan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan tempat tinggal mereka. Rumah ini akan terbuat dari semen di mana akan terdapat robot 3D printing yang mengerjakan pencetakan rumah berdasarkan teknologi 3D printing. Pembuatan rumah dengan konsep ini juga terbilang sangat cepat. Salah satu proyek di Mexico hanya memerlukan waktu 24 jam saja untuk menyelesaikan satu rumah.
Perkiraan Biaya Rumah 3D-Printed
Berdasarkan proyek-proyek yang sudah terlaksana, rumah dengan teknologi 3D printing dapat lebih efisien ketimbang rumah dengan sistem konstruksi konvensional. Rumah dengan dua kamar tidur hanya menghabiskan kurang lebih USD 10.000 atau setara dengan kurang lebih IDR 142.000.000. Namun ke depannya, beberapa pengembang properti memperkirakan biaya yang lebih rendah yaitu USD 4.000 saja atau setara dengan IDR 57.000.000 saja.
Ketahanan Rumah 3D-Printed
Pada dasarnya, material rumah dengan menggunakan semen dapat bertahan cukup lama, paling tidak 50-60 tahun. Akan tetapi, beberapa rumah yang menggunakan material kayu memerlukan perawatan ekstra. Biasanya, rumah 3D-printed dirancang untuk berukuran lebih kecil dari rumah kebanyakan.
Rumah Ramah Lingkungan
Kebanyakan proyek rumah 3D-printed ditujukan untuk menghasilkan rumah ramah lingkungan yang berasal dari bahan-bahan biodegradable yaitu bahan ramah lingkungan yang berasal dari material alamiah. Ukurannya yang kecil, melancarkan konsep ramah lingkungan tersebut karena tidak membutuhkan banyak lahan serta bahan bangungan untuk membuat satu rumah. Bahkan terdapat rumah 3D-printed di Italia yang menggunakan lumpur dan limbah dari produksi beras seperti sekam. Umumnya, rumah dengan bahan-bahan biodegradable atau yang dapat hancur dengan sendirinya karena proses alam ditujukan untuk menjadi akomodasi sementara. Misalnya rumah yang dijadikan tempat penampungan korban bencana atau untuk orang-orang yang tinggal di luar kampung halaman untuk periode tertentu.