Potensi Hidrogen Jadi Bahan Bakar Alternatif
Bahan bakar alternatif menjadi topik yang sering muncul dalam perbincangan mengenai pencemaran lingkungan. Para ilmuwan terus mencari bahan bakar yang ramah lingkungan agar mengurangi masalah pencemaran lingkungan tersebut. Salah satunya adalah biofuel yang terbuat dari tumbuhan atau kotoran hewan. Sayangnya, proses pembuatan biofuel tetap menimbulkan emisi karbon. Begitu juga dengan listrik atau hidrogen yang dalam prosesnya akan menimbulkan emisi yang signifikan.
Tapi ternyata, hidrogen juga dapat diproduksi tanpa bahan bakar fosil yaitu dengan cara menggunakan energi terbarukan dengan memisahkan air dalam proses pembuatannya yang disebut elektrolisis. Akan tetapi, proses ini membutuhkan biaya yang besar. Di dunia hidrogen hanya digunakan sebesar 0,1%. Di sepanjang hamparan sungai di utara Belgia, sebuah feri kecil berjalan dengan bahan bakar hidrogen. CMB Tech, perusahaan yang membuat sistem mesin pembakaran hidrogen dengan teknologi rendah karbon sejak tahun 2006 sudah membangun beberapa kapal bertenaga hidrogen. Salah satunya adalah Hydroville, kapal yang diluncurkan tiga tahun lalu sebagai kapal penumpang bertenaga hidrogen pertama di dunia. Mesin hibridanya memungkinkan kapal ini berlayar dengan hidrogen dan diesel.
CMB berambisi mengembangkan proses elektrolisis yang lebih murah ataupun mesin yang membutuhkan lebih sedikit hidrogen. CMB sendiri sudah membangun stasiun pengisian bahan bakar hidrogen untuk mobil, bus, dan kapal di pelabuhan Antwerp, Belgia, yang akan menghasilkan hidrogen sendiri menggunakan elektroliser.
Setelah hidrogen diproduksi, ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menggerakkan kapal. Salah satunya adalah dengan membakarnya di mesin pembakaran internal, seperti yang dilakukan Hydroville saat ini. Namun cara ini tidak luput dari kekurangan yaitu menghasilkan nitrogen oksida yang merupakan sumber polusi udara. Meskipun begitu, masalah ini dapat diatasi dengan sebuah perangkat after-treatment yang disebut fuel cell. Ini adalah sebuah perangkat yang menampung unsur electrochemical yang dapat mengubah energi kimia pada satu bahan bakar dan unsur oksidasi menjadi listrik. Jadi, tidak ada unsur pembakaran yang menciptakan emisi karbon sama sekali. Hanya air.
Dengan berbagai kelemahan hidrogen tersebut, amonia dinilai jauh lebih mudah disimpan dan hanya memakan sedikit ruang. Amonia sendiri dapat diubah kembali menjadi hidrogen di atas kapal, sehingga amonia sebagai bentuk penyimpanan tetapi pada akhirnya digunakan dalam sel bahan bakar hidrogen. Membuat amonia memakan biaya yang lebih banyak. Inilah alasan mengapa banyak yang meragukan apakah dapat digunakan secara luas sebagai bahan bakar, mengingat biaya mengubah hidrogen menjadi bahan bakar sudah tinggi. Akan tetapi, beberapa tahun belakangan terjadi penurunan biaya yang sangat besar pada tenaga angin dan matahari. Penurunan biaya tersebut sangat membantu untuk mewujudkan pengembangan bahan bakar hidrogen. Xiaoli Mao, seorang peneliti Tim Kelautan di International Council on Clean Transportation (ICCT) dengan tegas mengatakan, “Kita benar-benar harus mulai dari sekarang. Akan ada banyak hambatan, tapi mari kita hadapi itu. Kita harus mencurahkan uang kita demi penelitian untuk mewujudkannya di masa depan.”