Ovy Sabrina: Inovasi Bahan Bangunan Daur Ulang
Setelah lulus kuliah jurusan psikologi, Ovy Sabrina, Co-founder dan COO Rebricks tidak pernah mengira bahwa usaha keluarga di bidang material bangunan bisa membawanya menciptakan inovasi produk daur ulang.
Latar Belakang Inovasi
Awalnya, ia dan Novita Tan (Co-founder dan CEO Rebricks) hanya sekadar ingin mengubah gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. Hal-hal kecil seperti tidak lagi menggunakan sedotan plastik akhirnya mendorong mereka untuk menggali informasi lebih banyak tentang sampah. Mereka menemukan ternyata setiap hari kita menumpuk sampah di TPA. Sampah yang tidak bisa didaur ulang sekalipun. Sampailah akhirnya mereka mencoba melakukan riset untuk mencari cara mengolah sampah plastik yang tidak bisa didaur ulang atau rejected plastic.
Dalam waktu satu tahun, mereka baru menemukan formula yang tepat untuk menghasilkan paving block atau konblok yang mencampur rejected plastic dengan material bangunan. Semuanya dilakukan melalui uji laboratorium hingga bisa menghasilkan konblok berkualitas sekaligus mengurangi jumlah sampah plastik yang tidak bisa didaur ulang.
Proses Pembuatan Konblok
Dalam proses pembuatan satu konblok terdapat proses layering atau pelapisan. Bagian permukaan konblok yang terkena paparan langsung dengan lingkungan luar tidak mengandung sampah plastik. Kandungan sampah plastik yang telah dipotong kecil-kecil terdapat di lapisan tengah untuk mencegah kebocoran mikro plastik. Selain itu, konblok juga dipastikan telah diproduksi dengan tekanan kekuatan 250kg/cm2. Jadi, konblok Rebricks tidak akan hancur, paling tidak hanya patah.
“Fokus kami adalah untuk menciptakan produk daur ulang yang dapat memenuhi tiga prinsip yang ingin dicapai: (1) mendaur ulang sampah, (2) menjadi produk berkualitas yang berkelanjutan dan memberikan nilai tambah serta mewujudkan ekonomi sirkular, (3) bisa menjangkau masyarakat lebih luas sehingga banyak digunakan”, ungkap Ovy.
Next Generation Recycling
Ovy pun percaya bahwa Rebrics dapat menjadi sebuah produk yang merepresentasikan Next Generation Recycling. Menurutnya, kini masyarakat bisa melakukan berbagai cara untuk mendaur ulang. Produk daur ulang juga sudah banyak. Tapi harganya tidak cukup ekonomis. Ovy berharap, kehadiran Rebricks bisa jadi produk daur ulang yang memberikan dampak nyata dalam mengurangi sampah plastik sekaligus menawarkan produk yang bisa bersaing dengan produk konblok konvensional.
Ovy menambahkan, “Secara pribadi, saya ingin Rebricks mewujudkan hasil nyata di masyarakat. Pembuatan 100 meter2 dapat mengurangi 88.000 sampah plastik yang tidak bisa didaur ulang. Jadi, kami bisa benar-benar menjadi perusahaan yang bertanggung jawab.”
Sampah Plastik Yang Dikonversi Jadi Konblok
Selama enam bulan pertama operasional, Rebricks telah mengolah 1000 kg sampah menjadi konblok. Di semester pertama tahun 2021, jumlah sampah pun telah meningkat dua kali lipat. Sumber sampah yang dikirimkan tidak hanya berasal dari perusahaan, tapi juga dari para individu yang disebut Rebrickerz. Ovy mengakui cukup terkejut dengan antusiasme masyarakat yang menyumbangkan sampah mereka hingga jumlahnya sudah sangat berlebih di kantor produksi Rebricks. Bahkan mereka mengirimkan sampah dengan kondisi sudah terpilah, bersih dan kering.
Konblok hasil produksi Rebricks diketahui awalnya banyak digunakan oleh pemakai langsung atau perorangan. Namun, lambat laun para arsitek dan pengembang bangunan mulai berdatangan, melirik usaha Rebricks dalam pemenuhan material bangunan yang dapat membantu melestarikan lingkungan. Ke depannya, Ovy mengakui ada rencana untuk membuat produksi re-recycle konblok yang sudah patah agar dapat diproduksi dan digunakan kembali.