Organ Tubuh Baru Yang Bermanfaat Untuk Penderita Kanker
Tubuh manusia terdiri dari berbagai organ yang memampukan manusia untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Sampai hari ini, para peneliti terus mempelajari berbagai hal yang ada di dalam tubuh manusia untuk tujuan kesehatan. Pada tahun 2020, para ilmuwan baru saja menemukan sebuah organ baru di dalam tubuh manusia. Kira-kira apa organ yang baru ditemukan oleh para ilmuwan tersebut?
Melalui Live Science, disebutkan bahwa para ilmuwan baru saja menemukan kelenjar ludah yang mereka namakan kelenjar ludah tubarial, yang diyakini dapat membawa dampak positif untuk pengobatan kanker. Penemuan terbaru ini dianggap menjadi sebuah harapan untuk meningkatkan kualitas kehidupan seorang pasien yang memiliki penyakit tersebut.
Dalam penelitian ditemukan bahwa panjang dari kelenjar ludah tersebut adalah 4 cm atau setara 1.5 inci. Para peneliti untuk melihat lebih detil kelenjar yang baru saja ditemukan dalam tubuh manusia ini menggunakan sebuah teknik pembidaian baru yang disebut dengan PSMA PET/CT, teknik pembidaian ini juga digunakan untuk mempelajari lebih lanjut tentang kanker prostat. Kelenjar ini terletak di dalam kepala manusia, di atas bagian tenggorokan tepatnya adalah di bagian atas tulang rawan yang bernama torus tubarius.
Setelah penemuan kelenjar tubarius ini, para peneliti yang berasal dari Belanda tersebut merekomendasikan untuk menghindari paparan radiasi pada lokasi yang dekat dengan kelenjar tubarius. Para peneliti yang tergabung dalam Institut Kanker Belanda ini juga mengatakan pada 723 pasien, dosis radiotherapy pada lokasi tersebut dapat menyebabkan kondisi mulut yang terasa kering (xerostomia) dan terasa sulit menelan (dispangia).
Untuk studi lebih lanjut, para peneliti mulai melakukan penelitian dengan menganalisa pasien dengan penyakit kanker pada bagian kepala dan juga leher termasuk dengan tumor yang berada pada tenggorokan atau lidah. Penelitian tersebut menemukan dua area tak terduga mirip dengan kelenjar ludah utama yang diketahui berada dibagian belakang nasofaring. Disebutkan juga bahwa jaringan kelenjar ludah ini sangat terkonsentrasi secara bilateral di dekat torus tubarius. Selain itu ditemukan juga bahwa ada saluran pembuangan yang terlihat secara mikroskopik pada dinding nasofaring. Tentunya penemuan saluran pembuangan ini semakin memperkuat identifikasi dari kelenjar tubarial.
Radioterapi dosis tinggi pada area kelenjar tersebut dapat menyebabkan toksisitas klinis secara signifikan. Hal ini disimpulkan dari data sebanyak 723 pasien yang telah menjalankan pengobatan kanker dengan radioterapi. Mereka menemukan bahwa semakin banyak radiasi dilakukan pada area kelenjar baru ini, semakin banyak komplikasi yang pasien alami setelahnya layaknya yang terjadi pada kelenjar ludah utama saat terpapar radiasi.
Penemuan kelenjar tubarius ini menjadi sebuah hal menguntungkan bagi para pasien kanker. Langkah selanjutnya yang harus dilakukan para peneliti adalah memastikan bahwa kelenjar baru ini dapat diselamatkan dalam pengobatan kanker. Dengan menyelamatkan kelenjar tubarius, pasien kanker akan mengalami efek samping terhadap terapi radiasi yang lebih sedikit dan memberikan kualitas hidup yang lebih baik setelah melakukan pengobatan dengan menggunakan radiasi tersebut.