Nasib Bisnis Kala Krisis
Dampak ekonomi yang disebabkan oleh pandemi menjadi polemik bagi para pebisnis khususnya mereka yang berkutat dalam dunia startup. Berbagai pertimbangan muncul disertai pertanyaan yang sulit dipastikan jawabannya. Apalagi mereka yang memiliki ide untuk membangun startup baru di masa ini. Faktanya kelesuan ekonomi yang disinyalir berpotensi menjadi resesi ekonomi global merupakan ancaman besar bagi bisnis startup. Lalu apakah saat ini adalah saat terburuk untuk memulai bisnis baru?
Nazier Ariffin, Head of Investment Telkomsel, mengatakan bahwa sebenarnya masa krisis bisa membuka peluang baru bagi para pebisnis yang memiliki gagasan startup untuk dikembangkan. Syaratnya adalah dengan mulai bertanya pada diri sendiri, “Apakah krisis mempercepat atau menghambat kita?” Kenyataannya banyak kasus-kasus di masa lalu yang justru melahirkan bisnis-bisnis baru karena adanya krisis. Semua orang sekarang ini berada dalam uncertainty mood. Tidak ada yang bisa prediksi kapan corona akan selesai dan ekonomi pulih. Tapi bukan berarti harus diam dan menyerah dengan keadaan. Para investor dan venture capitals pun sebenarnya sedang menunggu bisnis baru yang muncul. Walaupun akan cukup selektif dalam menilai profil bisnis yang diajukan. Namun ini tidak jadi penghalang asal pebisnis bisa mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi dalam startup yang hendak dibangun.
“Mulai bertanya pada diri sendiri apakah krisis mempercepat atau menghambat kita?”
“Para pebisnis bisa mulai membangun startup yang super efisien. Contoh saja Twitter dan Google yang memotong biaya operasionalnya dengan memperbolehkan karyawan bekerja di rumah. Banyak juga startup besar yang dulunya sewa bangunan atau co-working space sekarang tidak lagi. Kalau startup besar saja bisa memotong biaya sampai 30-40% para pebisnis yang baru mau memulai justru bisa membangun dengan biaya yang lebih rendah. Menganalisa hal-hal apa saya yang sebenarnya tidak perlu. Sekarang bekerja di rumah sudah lumrah, manfaatkanlah kondisi itu untuk mengurangi biaya-biaya besar yang biasa dikeluarkan untuk operasional kantor,” terang Nazier. Membaca tren dan menganalisa pasar juga langkah yang tidak kalah penting. Membangun kepercayaan pelanggan sekarang ini akan lebih sulit karena daya beli masyarakat yang sedang berubah-ubah. Begitu juga dengan partner dan potensial klien. Semua pihak sedang menghadapi sistem baru. Jadi para pebisnis harus bisa secara cepat menelaah pasar sedang berada di mana.
Para pebisnis bisa menelaah pasar dari perusahaan-perusahaan yang mengurangi karyawan. Sektor-sektor tersebut berarti mendapat masalah besar yang juga berasal dari target market mereka. Bisnis properti, pusat kebugaran, transportasi, dan rekrutmen adalah beberapa bisnis yang mengalami dampak besar. Sehingga para pebisnis bisa memikirkan kembali model startup seperti apa yang lebih cocok di masa ini. Memikirkan kembali strategi pemasaran dan bergerak cepat. Nazier melanjutkan, “Banyak startup yang sebenarnya tidak terdampak sekali malah sangat diperlukan di masa pandemi seperti jasa pengiriman dan e-commerce. Lihat saja Amazon yang justru akan pekerjakan 100 ribu karyawan tambahan. Begitu juga Walmart yang pekerjakan 150 ribu orang tambahan. Belakangan saya juga melihat industri pendidikan sedang membuka peluang besar untuk bisnis. Sebab masyarakat mulai menyadari bahwa belajar online sebenarnya bisa jauh lebih ekonomis.”
Perlu diakui ranah online memberikan banyak keuntungan akhir-akhir ini. Bahkan ke depannya masyarakat akan lebih bergantung lagi dengan teknologi dan internet. Di Indonesia sendiri pengguna internet sudah melampaui 130 juta. Dengan tingkat konektivitas yang semakin tinggi dunia internet dapat menjadi cara-cara baru melancarkan bisnis startup. Berdasarkan pengamatan Nazier, di krisis seperti sekarang yang akan maju bukanlah orang-orang yang banyak perhitungan melainkan yang banyak mencoba duluan. Membangun relasi dengan pelanggan untuk meningkatkan penjualan dengan media sosial kini bisa dilakukan dengan memperkuat konten. Bertemu klien untuk close deal bisa dengan berinvestasi di memperbanyak perangkat komunikasi. Mengelola tim bisa lebih efisien jika berinvestasi pada perangkat poduktivitas. Orang-orang yang punya pengalaman di perusahaan yang remote mungkin bisa lebih dipertimbangkan dari mereka yang terbiasa bekerja di kantor. Dengan menganalisa skenario-skenario yang lebih feasible ini, startup yang hendak dibangun dapat lebih mudah mencapai proyeksi yang diharapkan ketimbang perencanaan panjang yang kurang terukur.
“Di krisis seperti sekarang yang akan maju bukanlah orang-orang yang banyak perhitungan melainkan yang banyak mencoba duluan.”