Muhammad Sulthan Mazaya: Perangi Kekerasan Dengan Gelang

Ilustrasi oleh Disrupto

Ilustrasi oleh Disrupto

Ketertarikan Muhammad Sulthan Mazaya di bidang sains berkembang saat ia duduk di bangku SMA. Berbagai perlombaan robotika dan fisika telah sering diikutinya, meski dulu kompetisi tersebut belum project-oriented. Ketertarikan dan kemampuannya pun diuji lebih lanjut saat ia menjadi tim dalam kompetisi EU Social DigiThon yang bertema “Aksi Muda Untuk Perubahan”. Bersama kedua anggota tim yang juga mahasiswa Institut Teknologi Bandung, Marcellus Michael Herman Kahari dan Daniel Jeans Ricard Silitonga, mereka memenangkan hadiah utama dengan kategori topik: Solusi untuk Perempuan dan Anak-Anak Perempuan. 

Saat mengikuti kompetisi, mahasiswa Fakultas Teknik Industri ini menyatakan bahwa ide untuk mengembangkan proyek kompetisi di ranah kekerasaan pada perempuan berasal dari Daniel. Daniel mengamati masalah kekerasan pada perempuan masih marak terjadi di daerah tempat tinggalnya yang bukanlah kota besar. Berdasarkan diskusi, mereka pun sepakat bahwa kekerasan domestik dan non-domestik butuh solusi yang konkret.

“Sebenarnya, inovasi untuk menanggulangi masalah kekerasaan terhadap perempuan dan anak sudah ada. Hanya saja publisitas dan prototipe aplikasi tersebut belum kuat. Akhirnya, Michael memberikan gagasan untuk membuat produk IoT (Internet of Things) yang berupa perangkat dengan interface yang familiar untuk masyarakat dan mudah diakses. Kami pun memutuskan untuk membuat perangkat gelang Anti Kekerasan berbasis IoT yang terhubung dengan aplikasi smartphone,” cerita Sulthan.

Gelang Anti Kekerasan ini memiliki dua tombol: (1) berfungsi membunyikan sirine peringatan dan merekam suara agar dapat menjadi bukti pelaporan, (2) menghubungi kontak yang terhubung dengan smartphone. Penerima pesan juga bisa langsung mengetahui informasi lokasi pengirim pesan. Sementara itu, dalam aplikasi smartphone terdapat berbagai fitur keamanan seperti berbagai protokol keselamatan darurat. Setelah memenangkan kompetisi dan mendapatkan dana, Sulthan dan tim juga dipertemukan dengan para ahli untuk mengembangkan inovasi tersebut, baik pengembangan perangkat lunak dan keras. 

Menurut Sulthan, berada di titik sekarang ini bagaikan mimpi yang terwujud. Ia selalu ingin menciptakan teknologi yang dapat menyelesaikan masalah di dunia nyata. Kebanyakan permasalahan yang dapat diurai oleh teknologi berada di sekitar isu sosial. Ia meyakini bahwa permasalahan sosial dapat diselesaikan dengan cara-cara yang disruptif seperti dengan melahirkan produk teknologi inovatif, atau dengan langsung merujuk pada ranah yang terdampak dari masalah-masalah tersebut. Gagasan inovasi pun hanya dapat benar-benar menyelesaikan masalah yang ada dan direalisasikan jika seorang inovator berada di lingkungan yang tepat. Sulthan bersyukur karena ia merasa berada di lingkungan yang tepat saat ini untuk merealisasikan pemikiran inovatifnya. 

Selama ini saya ingin menjadi individu yang bermanfaat, yang memiliki kemampuan disruptif untuk memberikan perubahan yang positif. Terutama dalam merespon situasi kehidupan saat ini. Membangun sebuah startup, menurut saya, dapat menjadi cara yang disruptif di era sekarang untuk menyalurkan kemampuan. Ini juga yang menjadi misi saya dan kedua teman yaitu membangun startup yang dapat memberikan solusi pada masyarakat. Walaupun untuk sampai ke sana, perjalanan kami masih panjang. Masih ada berbagai pertimbangan besar seperti target pasar dan tujuan spesifik untuk mendirikan startup di bidang tertentu.

Previous
Previous

Begini Cara Hindari AI Deteksi Foto Selfie!

Next
Next

Dunia eSports Sedang Melambung, Minat Bergabung?