Ini Dia Cara UMKM Berhasil Di TikTok!
Seperti yang kita tahu, hampir semua bisnis terdampak oleh situasi krisis kesehatan yang telah berlangsung sejak 2020 ini. Setiap orang seolah harus mencari penghasilan tambahan atau pekerjaan baru karena kehilangan pekerjaan. Situasi tersebut juga sekaligus meningkatkan minat masyarakat memiliki usaha kecil-kecilan untuk menyambung hidup. Mengetahui adanya kebutuhan untuk memasarkan usaha di media sosial, TikTok pun menggencarkan TikTok for Business yang fokus pada UMKM di Indonesia.
Dampak Pandemi Pada UMKM Di Indonesia
Seperti yang dijelaskan oleh Sitaresti Astarini, Head of Business Marketing, TikTok Indonesia, kecenderungan masyarakat untuk menggunakan sarana digital sangatlah tinggi. Banyak UMKM di Indonesia yang menaruh harapan pada dunia digital untuk membantu memasarkan produk.
“Faktanya, penjualan bisnis online dipertimbangkan lebih stabil ketimbang bisnis secara offline. Dari sekian banyak UMKM yang telah diriset, 23% fokus mereka saat pandemi adalah terjun ke digital untuk meningkatkan penjualan. Sayangnya, mereka tidak memiliki informasi yang cukup untuk menavigasi produk-produk secara digital. Apalagi bisnis UMKM yang berada di luar pulau Jawa. Edukasi tentang pemasaran secara digital menjadi amat penting untuk melancarkan usaha mereka”, tambahnya.
Peran TikTok Mendorong Kemajuan UMKM
Sebelum adanya pandemi, para pengguna mengonsumsi konten TikTok yang biasanya hanya untuk menghibur. Namun kala pandemi, para pengguna jauh lebih banyak menghabiskan waktu di media sosial. Tidak hanya untuk hiburan tapi juga mendapatkan informasi dan kiat-kiat melakukan hal tertentu. Di saat yang sama, ekosistem UMKM juga berkembang dan para pelaku sangat engage di dalamnya. Dengan bantuan TikTok, para pelaku bisnis di skala apapun bisa menjangkau pasar yang lebih luas.
“Kami mencari cara bagaimana bisa memaksimalkan usaha para pelaku UMKM untuk memasarkan produk. Akhirnya TikTok merilis fitur Self-Served Ads. Tapi ternyata fitur ini tidak cukup karena masih banyak pelaku usaha yang belum benar-benar memahami penggunaannya. Akhirnya, kami mencari cara untuk tidak hanya memberikan fitur saja tapi juga memberikan program-program edukatif yang berkolaborasi dengan beragam institusi dan para ahli di bidangnya. Program ini diberikan gratis untuk pelaku UMKM. TikTok merasa perlu memberikan edukasi untuk para pelaku UMKM untuk meningkatkan marketing channel mereka agar dapat mencapai pasar yang lebih luas”, jelas Sitaresti.
Strategi Membuat Konten
Sitaresti mengakui bahwa seringnya para pengguna melihat TikTok sebagai sebuah media sosial. Padahal sebenarnya TikTok dibuat untuk menjadi sebuah video distribution platform. Media untuk mendistribusikan konten video. Kalau melihat dari sisi ini, para pengguna baik individu atau pebisnis akan memahami yang paling penting untuk dikembangkan di TikTok adalah konten.
Sistem TikTok memberikan kesempatan yang sama untuk semua pengguna bisa membuat kontennya viral. Ini berarti peluang bagi para pelaku UMKM. Mereka yang tidak tahu bagaimana memulai memasarkan bisnis, bisa memulai dengan cara yang paling sederhana yaitu membuat konten di TikTok. Bahkan pengguna tidak perlu memiliki jutaan follower untuk mendapat perhatian calon pelanggan. Yang terpenting adalah konten berkualitas. Setiap pelaku bisnis UMKM di TikTok memiliki kesempatan yang sama dengan brand besar. Setiap pengguna TikTok memiliki for you page yang ditentukan oleh minatnya masing-masing. Ketika pandemi, fitur ini mendorong para pelaku UMKM untuk pivot karena mereka yang tadinya belum bergabung dalam ekosistem digital harus masuk.
Pengembangan Konten Di TikTok
Melihat ekosistemnya, para pengguna biasanya bergabung ke TikTok untuk mencari inspirasi dan hiburan. Sitaresti mengungkapkan bahwa TikTok sering menganjurkan para pelaku bisnis untuk membuat konten yang relevan dengan ekosistem di dalamnya. Konten tersebut juga diharapkan dibalut dalam topik yang ringan namun konsep yang otentik. Lalu, apakah perlu tetap memasang iklan?
Sitaresti memberikan pandangan, “Konten organik memang penting untuk dapat terus menceritakan secara riil seperti apa identitas bisnis. Banyak orang sekarang cenderung enggan untuk konsumsi konten yang “jualan” atau hard selling. Tapi, kehadiran fitur pengiklanan bisa membantu memperluas jangkauan pasar. Fitur ini juga bisa mengukur dan menganalisis berapa banyak bujet yang telah dihabiskan juga menentukan seperti apa pasar satu bisnis. Maka, porsi konten organik dan iklan harus dapat dibuat seimbang dengan pengaturan yang dinamis agar pemasaran lebih maksimal.”