Disrupto Fest 2020, Festival Teknologi dan Sains Virtual Pertama di Indonesia

Disrupto Fest_After event-01 (3).jpg

Teknologi berkembang begitu cepat dan akan berdampak pada kehidupan manusia di masa depan. Melalui Disrupto Fest yang berlangsung pada 17-18 Juli 2020, pemahaman akan kemajuan teknologi yang telah dicapai untuk menjawab tantangan di masa kini dan masa depan pun ditunjukkan.

Curiosity atau rasa ingin tahu adalah satu mesin pertumbuhan dan perubahan,” sebut Yenny Wahid dalam salah satu sesi talkshow yang berlangsung dalam parhelatan yang berlangsung melalui platform Vidio dan Cakap ini. Salah satu langkah penting untuk kemajuan adalah dengan terus mengeksplorasi berbagai potensi inovasi serta bereksperimentasi dengan segala kemungkinan. Oleh karenanya, tema Exploration Experimentation pun diangkat sebagai tema festival kali ini untuk mendukung Visi Indonesia 2045, di mana pada 100 tahun kemerdekaannya, Indonesia harus mencapai posisi sebagai negara maju.

Dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nadiem Makarim, sejumlah ilmuwan, inovator, dan pembicara yang ahli dalam bidangnya hadir dalam kesempatan kali ini untuk saling berbagi temua penelitian yang mereka lakukan dan bertukar pikiran akan inovasi yang terjadi di setiap bidang kehidupan. Beberapa tantangan yang menjadi highlight dalam Disrupto Fest 2020 antara lain prediksi pandemi di masa depan yang bisa lebih parah daripada COVID-19 yang kini menginfeksi lebih dari tiga juta orang dan ancaman kelaparan dan krisis pangan global setelah pandemi.

Salah satu solusi pandemik yang dihadirkan datang dari Merck, perusahaan sains dan teknologi terkemuka, yang berkomitmen untuk membantu penanggulangan masa pandemi COVID-19 dengan memperkenalkan Luminex® dan MILLIPLEX® MAP, yang merupakan sarana pendukung riset immunoassay untuk mendeteksi “badai sitokin” dalam upaya pengembangan solusi penyembuhan COVID-19. Selain riset terkait immunoassay, bisnis Life Science Merck juga menyediakan reagent, media dan serum sel kultur, genomik kit hingga lini sel untuk keperluan riset terkait dengan COVID-19.

Selain itu, turut hadir pula sejumlah ilmuwan kaliber dan inovator dunia yang mengisi sesi-sesi talkshow dalam parhelatan ini. Mark Post, seorang profesor di Maastricht University, berbicara mengenai daging buatan yang dibudidayakan dengan ditumbuhkan langsung dari sel. Mosa Meat, perusahaan yang didirikan oleh Dr. Post, telah menunjukan bahwa mereka dapat membawa daging budidaya ini secara komersial ke pasar pada 2021 dan mampu menjadi salah satu solusi kelangkaan pangan di masa depan. Dr. Nanshu Lu, Associate Professor dari University of Texas at Austin Amerika Serikat, menunjukkan penelitiannya yang tengah mengembangkan  tato elektronik yang dapat digunakan untuk mengecek kondisi kesehatan penggunanya.

Ariel Ekblaw dari MIT Media Lab berbicara tentang bagaimana ia membuat simulasi bermasyarakat di luar angkasa melalui Space Exploration Initiative yang dipimpinnya. Cyril Diagne seorang artist-in-residence Google menjelaskan tentang proyek aplikasi augmented reality untuk memindai benda nyata masuk ke dalam layar komputer, serta Dean Ho dari The N.1 Institute of Health National University Singapore, berbicara mengenai sistem kecerdasan buatan untuk menemukan kombinasi terapi bagi penyakit menular. Inovator dalam negeri seperti Irene Agrivina dari XXLab Yogyakarta pun turut berbagi pemikiran tentang temua tekstil dari bahan limbah tahu dan tempe, serta Sharlini Erliza Putri dari perusahan rintisan Nusantics, pun bicara mengenai genomik dan kaitannya dengan visi manusia untuk tinggal di luar angkasa.

Festival teknologi dan sains virtual yang pertama kali dilakukan di Indonesia ini dapat terselenggara berkat dukungan para sejumlah pihak pendukung, yaitu WIR Group, Samara Live, KVB, Sampoerna University, Indika Energy, Petrosea, Merck, Benih Baik, British Council, Plaza Indonesia, dan +Jakarta.

Tidak luput, acara yang disaksikan oleh lebih dari 360.000 penonton dalam dua hari penayangan ini pun mendapat dukungan dari berbagai rekan media yaitu BBC News Indonesia, Bisnis.com, Bisnis Muda, Catch Me Up, Folkative, Greatmind, Bazaar, HighEnd, Her World, Jakarta Vegan Guide, Liputan6, Narasi, Manual, Media Indonesia, MIX, SWA, NOW Jakarta, Opini.id, Koran Sindo, Sindonews.com, Nuansa Realita, Pewarta Indonesia, dan Whiteboardjournal.com.

Previous
Previous

Membangun Pola Pikir Teknopreneur

Next
Next

Kontroversi Airbnb Ajak Tamu Sumbang Pemilik Properti