Beauty Filter Berbahaya Bagi Perempuan?

Ilustrasi oleh Disrupto

Ilustrasi oleh Disrupto

Sejak teknologi Augmented Reality (AR) menyentuh media sosial dan menghadirkan fitur filter, kita jadi punya budaya baru dalam bersosial. Awalnya, fitur ini hanyalah marketing gimmick. Tapi lambat laun, fitur ini ternyata memengaruhi perilaku masyarakat lebih dalam. Teknologi beauty filter yang tidak hanya ada pada media sosial tapi juga berbagai aplikasi smartphone telah mengubah pola pikir para remaja perempuan. 

Beauty filter “mempercantik” realita

Selayaknya makeup yang dipercaya jadi alat untuk meningkatkan tampilan perempuan, beauty filter juga demikian. Kehadirannya bisa mempercantik berbagai bagian wajah bahkan tubuh dalam realita dunia maya. Kecanggihan AR dalam aplikasi beauty filter menjanjikan tampilan layaknya model untuk para pengguna perempuan. Tanpa disadari, penelitian membuktikan ternyata eksistensi aplikasi beauty filter dapat mengubah identitas dan representasi diri para pengguna di dunia maya, bahkan di dunia nyata. 

Berawal dari budaya swafoto (selfie)

Lahirnya beauty filter dipercaya karena munculnya budaya swafoto ke permukaan. Utamanya ketika MySpace dan Facebook menyebarkan selfie secara global di tahun 2000an lalu diikuti dengan Snapchat di 2011 yang memperkenalkan AR filter pada aplikasinya. Bahkan kata selfie resmi masuk di dalam kamus Oxford. Kini bahkan tidak hanya media sosial, beauty filter jadi fitur andalan di berbagai aplikasi photo editing dan Zoom.

Photo by cottonbro from Pexels

Photo by cottonbro from Pexels

Standar kecantikan dalam distorsi

Seorang peneliti dari University of South Wales secara khusus memelajari perilaku para remaja di media sosial. Hasilnya adalah banyak anak-anak perempuan mengakui bahwa mereka menggunakan beauty filter karena adanya kekurangan pada tampilan wajah atau tubuhnya seperti jerawat atau kulit kusam. 

Dalam penelitiannya, para remaja perempuan menyebutkan dengan percaya diri berbagai standar kecantikan dalam media sosial seperti hidung kecil, kulit halus, bibir dan mata besar. Standar ini merupakan bagian dari fitur deformation dan face distortion dari AR beauty filter. Mereka menyukai filter yang dapat memberikan efek distorsi pada wajah. Faktanya, berbagai efek distorsi ini mendapat kritik keras yang dipercaya mendorong masyarakat untuk melakukan operasi plastik agar terlihat seperti wajah yang telah menggunakan beauty filter.

Pengaruh beauty filter dan kesehatan mental remaja

Seorang spesialis klinis, Krista Crotty, memaparkan bahwa saat mengonsumsi media sosial, kita berada di tengah diri sendiri versi otentik dan digital di mana terdapat begitu banyak kekhawatiran (anxiety). Khususnya bagi para anak muda yang masih mencari jati diri, menempatkan dirinya di tengah versi digital dan otentik bisa jadi amat rumit. Bisa jadi mereka juga belum benar-benar memahami konsekuensi jangka panjang dari apa yang dikonsumsi dan diproduksi di media sosial. Oleh sebab itu, para orang tua dan pengajar harus mulai memberikan edukasi tentang ini agar tidak menciptakan stereotip kecantikan yang dapat menyebabkan krisis identitas.

Previous
Previous

Benarkah Dark Mode Smartphone Baik Untuk Mata?

Next
Next

Masker Ramah Lingkungan Ini Bisa Didaur Ulang