Ambisi Indonesia Bangun Silicon Valley
Wacana membuat kawasan serupa dengan Silicon Valley yang ada di Palo Alto, San Fransisco, Amerika Serikat, tidak datang baru-baru ini saja. Sejak beberapa tahun lalu, Indonesia sudah mencetuskan ide untuk membuat beberapa kawasan ala Silicon Valley di beberapa kota di Indonesia mulai dari Bandung, Batam, hingga Jawa Timur. Tapi mengapa gagasan membuat kawasan Silicon Valley seolah menjadi ambisi?
Silicon Valley melahirkan figur teknologi yang mendunia
Mulai dari Microsoft, Facebook, hingga Google berasal dari Silicon Valley. Kesuksesan perusahaan-perusahaan teknologi tersebut pun mendorong negara-negara lain untuk membuat kawasan teknologi serupa. Sebut saja Malaysia dengan Cyberjaya yang berada di area Sepang, dan Bangalore di India. Nyatanya, kehadiran Silicon Valley menciptakan budaya baru yaitu budaya merintis atau pioneering (menjadi pionir).
Dengan adanya gaungan revolusi teknologi 4.0 serta gerakan 1000 startup digital, gagasan membuat Silicon Valley pun semakin digandrungi. Harapannya adalah untuk meningkatkan pembangunan ekonomi melalui sektor teknologi.
Namun apakah hanya ini satu-satunya alasan dibangunnya kawasan Silicon Valley di Indonesia?
Membuat Kawasan Baru Untuk Memperbaiki Kualitas Hidup Masyarakat
Menurut Danny Wicaksono, seorang arsitektur sekaligus founder Studio Dasar, kemungkinan dihadirkannya kawasan Silicon Valley sebenarnya bisa jadi kesempatan baik untuk membuat sebuah kawasan pemukiman yang lebih baik. “Kita tahu bahwa untuk jangka panjang, kota besar yang kita tinggali sekarang bisa merugikan kita semua. Keberadaan kawasan Silicon Valley sebenarnya bisa membuka kesempatan untuk merancang kehidupan baru yang lebih baik”, tuturnya.
Membawa gagasan Silicon Valley sebagai pusat industri teknologi bisa jadi cara yang strategis untuk meyakinkan masyarakat memulai hidup baru di kawasan baru. Bekerja di industri teknologi sekarang ini tidaklah butuh ikatan dengan tempat fisik, bisa di mana saja asalkan ada sambungan internet yang bagus. Walaupun sebenarnya untuk menciptakan ruang hidup baru, ada berbagai cara lain untuk menarik masyarakat —khususnya anak-anak muda, untuk pindah. Faktanya, kehidupan anak muda sekarang lebih variatif ketimbang 30-40 tahun lalu. Proses penciptaan ruang hidup bisa dilakukan dengan tanpa sekadar mempertimbangkan satu keahlian, tapi mempertimbangkan multi keahlian.
Syarat Keberhasilan Silicon Valley ala Indonesia
“Yang paling utama harus dipikirkan sebelum membuat sebuah kawasan semacam Silicon Valley adalah adanya orang-orang yang berkecimpung di industri teknologi. Para pengembang atau pihak yang berkepentingan hendaknya mempertimbangkan seberapa banyak orang yang bekerja di industri tersebut dan seberapa signifikan”, Danny menjelaskan lebih jauh.
Gejalanya saat ini memang menuju ke arah sana. Semakin banyak bermunculan aplikasi serta bisnis berbasis teknologi yang sudah menjadi unicorn dan decacorn. Akan tetapi, sebuah industri akan berkembang dan maju, menghasilkan inovasi-inovasi yang berkualitas tinggi jika terdapat riset yang menyeluruh. Tidak hanya aplikatif saja. Jadi, keberadaan kawasan Silicon Valley pun sebaiknya harus melalui riset yang mendalam.
Arsitek kelahiran Jakarta ini pun menjelaskan, “Rancangan kota menjadi salah satu kunci keberhasilan. Apakah rancangannya akan sama saja dengan projek yang ada di kawasan Serpong? Apakah kota ini akan dibuat mandiri atau bergantung pada ibu kota? Artinya apakah orang-orang yang tinggal di sana nantinya tidak perlu lagi ke ibu kota atau tetap bergantung. Kalau lokasinya masih di Pulau Jawa, kemungkinan besar kawasan tersebut tidak terlepas dari Jakarta. Faktor manusia yang akan tinggal di sana juga tidak kalah penting untuk dipertimbangkan. Harus dikaji kembali apakah akan ada yang tinggal di sana dan bagaimana mereka bisa berkontribusi menciptakan kebaikan bersama. Baru setelah itu kita bisa berharap akan ada superimposisi atau pertemuan antara teknologi dan kehidupan sehari-hari.”
Pada dasarnya, untuk membuat sebuah kawasan pemukiman yang canggih tidaklah harus dilengkapi dengan produk teknologi canggih. Danny meyakini bahwa kota yang paling canggih adalah kota yang memiliki air bersih, listrik, aliran udara yang sehat, fasilitas umum yang baik sehingga masyarakat tidak lagi perlu pakai kendaraan bermotor, dan adanya lahan yang menghubungkan masyarakat dengan alam. Soal internet dengan kecepatan tinggi sebenarnya hanyalah nilai tambah.