Realita Masa Depan Semakin Dekat
Pandemi yang sedang dihadapi oleh masyarakat global saat ini memang terlihat seperti membuat kita sulit untuk melihat hal lain di luar dampak negatif yang diberikan. Padahal sebenarnya ada aspek dalam kehidupan kita yang berkembang namun luput dari perhatian. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang sedang digencarkan oleh pemerintah membuat masyarakat mempersempit ruang geraknya untuk bertemu dan mengunjungi tempat-tempat umum. Sehingga teknologi berperan besar sekarang ini untuk membantu kita tetap bekerja dan bersosial. Mulai dari rapat menggunakan Zoom dan Google Hangouts sampai membuat lokakarya dan seminar online lewat Instagram Live. Sadar tidak sadar, gaya hidup kita mulai beralih ke gaya hidup yang telah diprediksi lewat film-film fiksi ilmiah di mana manusia bisa menjadi makhluk omnipresent atau berada di dua tempat dalam satu waktu. Pandemi ini pun seperti kunci membuka satu pintu menuju masa depan di mana VR (virtual reality) dan AR (augmented reality) menjadi bagian dari keseharian kita.
Sadar tidak sadar, gaya hidup kita mulai beralih ke gaya hidup yang telah diprediksi lewat film-film fiksi ilmiah di mana manusia bisa menjadi makhluk omnipresent atau berada di dua tempat dalam satu waktu.
Di Indonesia penetrasi dan penggunaan VR dan AR belum secepat di negara-negara maju lainnya seperti Amerika Serikat atau negara-negara Eropa. Infrastruktur disebut-sebut menjadi salah satu masalah perkembangannya. Ini dibuktikan dengan akses internet yang belum menyeluruh. Baru kota-kota besar yang bisa menikmati internet dengan segala pemanfaatannya. Belum lagi dengan masalah penyebaran informasi yang belum dapat tersampaikan dengan baik dan adanya kesenjangan sosial yang terjadi tidak hanya di daerah tapi juga di kota besar. Banyak orang yang sudah bisa akses internet tapi sampai saat ini belum pernah membuat akun bank. Bahkan mereka masih mengisi saldo aplikasi keuangan secara tunai dengan datang ke gerai atau minimarket yang menjual saldo.
Padahal teknologi VR dan AR bisa sangat mengatasi berbagai macam masalah yang kita temukan sehari-hari. Sebagian orang mungkin tahu teknologi VR hanya lewat game di mana para pemain harus menggunakan goggle untuk dapat masuk ke realita di dalam game dan menghidupinya seakan nyata. Faktanya teknologi VR dan AR lebih dari itu. Keduanya melengkapi satu sama lain untuk menawarkan pengalaman yang berbeda. Seperti yang dipaparkan Michael Budi, Co-Founder WIR Group, sebuah perusahaan teknologi masa depan, “Teknologi AR dapat menjadi solusi untuk permasalahan kehidupan seperti salah satunya di bidang properti.
Kami pernah membantu klien di Malaysia yang kesulitan menunjukkan ruangan properti pada pelanggan karena harus membawa maket ke mana-mana. Kami pun menawarkan sebuah brosur dengan teknologi AR yang dapat memunculkan setiap ruangan dalam bentuk 3D tanpa goggle. Cukup dengan memindai smartphone ke atasnya saja.”
Sebenarnya juga berbagai industri di Indonesia sudah banyak menggunakan teknologi ini. Akan tetapi masyarakat tidak sadar atau tidak tahu bahwa satu layanan atau produk menggunakan teknologi tersebut. “Di Indonesia kami sudah membuat 60.000 toko virtual untuk minimarket dan apotek yang terletak di daerah-daerah tertentu. Kami menemukan permasalahan izin tanah dan bangunan semakin sulit untuk membangun minimarket dan apotek sehingga kami memberikan solusi pada klien untuk membuat toko virtual. Jadi pelanggan bisa memasuki toko tanpa harus beranjak dari rumah, mengalami selayaknya kondisi berada di sebuah toko dan memilih produk yang ingin dibeli. Setelahnya tinggal menunggu produknya diantarkan ke rumah. Toko virtual ini menggabungkan konsep e-commerce, VR dan AR sekaligus untuk memaksimalkan pengalaman mudah berbisnis dan berbelanja”, tambah Michael. Beliau juga mengatakan bahwa sebenarnya Indonesia sangat berpotensi dalam mengembangkan berbagai proyek berbasis VR/AR ini di masa depan. Buktinya sudah ada beberapa negara yang mengakui kehebatan proyek VR/AR yang diselesaikan Indonesia.
Menariknya semenjak adanya COVID-19 terdapat perubahan yang cukup signifikan tentang permintaan produk VR/AR. Di Cina, contohnya, penjualan goggle untuk game yang menggunakan teknologi VR naik hingga 350%. Selain itu mereka juga diketahui banyak menggunakan teknologi VR untuk menciptakan realita yang diinginkan di saat tidak bisa keluar rumah. Misalnya ingin ke pantai tapi karena sedang social distancing tidak bisa. Mereka hanya perlu duduk di sofa ruang tamu, memakai goggle VR lalu menikmati pemandangan pantai dan nuansa seakan sedang berjemur di tepi laut. Lonjakan permintaan produk dan layanan berbasis VR/AR juga diakui Daniel Surya, Executive Chairman dan Co-Founder WIR Group, mengalami peningkatan. Beliau juga mengamati perubahan perilaku masyarakat terhadap teknologi VR/AR akan terbentuk tidak lama lagi. “Karena pandemi kita jadi semakin familiar dengan teknologi video conference. Setelah masa ini usai sepertinya masyarakat pun tidak akan langsung instan kembali ke kehidupan normal seperti dahulu kala. Perlahan kebiasaan yang sekarang sudah kita jalani akan terbawa. Permintaan pasar di masa depan tidak hanya bisa rapat dengan lihat gambar di layar dan mendengar suara saja tapi juga ingin bertemu langsung tanpa harus beranjak dari rumah,” terangnya.
“Karena pandemi kita jadi semakin familiar dengan teknologi video conference. Setelah masa ini usai sepertinya masyarakat pun tidak akan langsung instan kembali ke kehidupan normal seperti dahulu kala. Perlahan kebiasaan yang sekarang sudah kita jalani akan terbawa.” - Daniel Surya
Kenyataannya, sebelum adanya krisis global saja platform cashless dan Artificial Intelligence (AI) sudah dipersiapkan. Kini alasan untuk merilis platform tersebut semakin kuat. Mal dan fasilitas umum tidak bisa didatangi mendatangkan kebutuhan akan teknologi yang dapat menyelesaikan masalah social distancing. Daniel melanjutkan, “Kami terus melakukan observasi perilaku masyarakat dan menemukan kesadaran akan produk dan layanan berbasis VR/AR berkembang pesat. Lihat saja dengan platform edukasi yang sudah menerapkan sistem online. Lalu nantinya juga masyarakat tidak hanya bisa melihat produk dalam situs tapi juga bisa mencobanya secara virtual di rumah masing-masing. Mulai dari industri fashion sampai otomotif akan menawarkan pengalaman tersebut.”
Beliau juga menyebutkan bahwa belum lama WIR mendapatkan proyek untuk menghadirkan pemain sepakbola Indonesia untuk bisa hadir di rumah penggemarnya. Perkembangan pesat ini semakin hari semakin mendekatkan kita pada dunia baru. Dunia tanpa uang tunai, tanpa bingkai (frameless). Generasi yang dulu masih berada di tengah dunia analog dan digital mungkin masih harus beradaptasi dengan teknologi canggih itu. Berbeda dengan generasi Z yang sedari kecil sudah sangat dekat dengan teknologi layar sentuh, VR/AR. Evolusi ini pun seperti mengembalikan kita pada asal mula hidup di mana manusia sebenarnya hidup tanpa bingkai tanpa uang tunai.
Perkembangan pesat ini semakin hari semakin mendekatkan kita pada dunia baru.