Realita Baru Live Event

D-Journal-32-Festival virtual-01.jpg

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) memang telah meniadakan hingar-bingar panggung acara publik yang biasanya bisa mengumpulkan ratusan hingga ribuan pengunjung. Entah untuk sementara atau dalam jangka waktu yang panjang, masyarakat akan sulit menemukan sorak sorai bergembira di tengah konser musik atau antrean panjang pintu masuk festival. Dampaknya tentu saja bukan hanya pada para promotor event atau brand yang membutuhkan aktivasi offline tapi juga pada para figur panggung hiburan. Tidak berhenti di sana, masyarakat pun semakin memiliki batasan dalam menghadirkan hiburan di rumah dan terus bertanya apakah ada cara lain untuk tetap mendapatkan pengalaman yang serupa. 

Untungnya, kehadiran teknologi dengan segala fitur dan manfaatnya dapat menjadi solusi untuk tetap mengadakan acara-acara live yang menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat. Secara virtual dengan tetap berada di rumah saja, masyarakat masih mungkin mendapatkan pengalaman berada dalam live event seperti konser musik dan konferensi. Faktanya, transformasi offline event telah menjadi realita baru dunia digital sehingga panggung acara dapat hadir dalam layar yang bisa diakses tanpa perlu beranjak dari rumah. Seperti yang dijelaskan oleh Ben Soebiakto, Group CEO dan Co-founder Samara Media & Entertainment yang telah mengadakan Live Stream Festival secara online selama masa PSBB kemarin, “Live streaming menjadi salah satu cara di masa pandemi ini untuk menjadi transformasi offline event. Teknologi video streaming yang tengah jadi format baru offline event sendiri memberikan banyak pelajaran baru yang bisa dieksplor lebih banyak.”

Perlu diakui pasti akan ada yang berubah dari format festival atau konser musik yang biasa digelar. Pengalaman yang didapatkan para audiens pun berbeda dari biasanya. Akan tetapi tidak juga berarti lebih buruk dari sebelumnya. Selalu ada pro dan kontra di setiap inovasi yang muncul ke permukaan. Ben menambahkan, “Dengan online streaming memang ada pengalaman yang tidak didapatkan seperti di offline event biasa. Kita tidak bisa mendengar riuhnya teriakan saat konser musik. Tapi dengan online ada pengalaman baru yang tidak bisa dilakukan saat offline yaitu chatting ketika salah satu musisi sedang tampil. Seperti konser musik yang bisa diakses lewat YouTube, penampil bisa mengajak penonton untuk request lagu atau bahkan ngobrol lewat fitur chatting.”

Pengalaman berada di live event tanpa harus keluar rumah diperkirakan akan terus berkembang dengan format-format baru lainnya yang lebih mutakhir. Melihat adanya potensi ini perusahaan-perusahaan di industri teknologi tentu saja tidak akan berhenti berinovasi. Kita sudah mendengar kehadiran 5G — bahkan 6G, yang semakin dekat. Begitu juga teknologi Virtual Reality yang siap meluncur. Dengan demikian masyarakat bisa kembali menikmati live event lebih nyata seperti dulu tanpa harus menembus jarak berada di lokasi yang sama dengan para pengisi acara atau kerumunan orang banyak. Sehingga sebenarnya kita sudah punya jawaban-jawaban atas pertanyaan, “Akankah bisa menikmati pengalaman konser atau festival lagi?”

“Mungkin sekarang banyak dari kita hanya menikmati live streaming di depan layar sendiri. Tapi tahapan selanjutnya kita bahkan bisa meningkatkan pengalaman dengan berkumpul bersama teman-teman, 5-10 orang misalnya, berada di dalam satu ruangan menatap layar lebar yang menayangkan live event. Kalau dulu kita sering mendengar home theater nantinya kita bisa menikmati konser atau festival di dalam live streaming room.” Ben memprediksi kemungkinan potensi lain format live event di masa depan. Menariknya lagi, pengaturan semacam ini dapat sangat bermanfaat bagi para promotor atau event organizer. Kalau biasanya di offline event pengunjung yang datang kebanyakan dari satu area — di mana acara itu diadakan, dengan live streaming audiens bisa datang dari mana saja. 

Berdasarkan pengalaman Ben yang telah meluncurkan Live Stream Festival beberapa kali, ia menemukan bahwa biaya produksi yang dikeluarkan pun lebih ekonomis ketimbang membuat acara yang serupa secara offline. Contohnya biaya venue yang biasanya memakan biaya cukup besar. Kini para talent bisa manggung di rumah mereka. Walaupun ada pengaturan peralatan dan perlengkapan yang perlu koordinasi ekstra. Saat PSBB kemarin, banyak penampil yang enggan untuk didatangi rumahnya sehingga ada tantangan tersendiri untuk mempersiapkan peralatan agar tetap menghasilkan kualitas acara yang baik. Selain itu tantangan juga didapati dari aspek engagement audiens. Kalau live event secara online diadakan tanpa biaya, banyak pengunjung yang sulit berada lama dalam satu channel. Sehingga mudah terdistraksi dengan hal lain dan meninggalkan platform.

Lalu kalau dikatakan sukses atau tidak, parameter kesuksesan sebuah acara festival, konferensi, atau konferensi itu sendiri berbeda-beda. “Kami melihat kesuksesan sebuah acara dari parameter loyalitas pengunjung. Melihat data pengunjung yang datang ke platform kami sebelumnya dan kembali hadir di acara-acara setelahnya. Yang jelas traffic planning untuk sebuah acara festival online harus jelas dengan titik promosi yang berintegrasi dengan beragam channel media lain. Hasilnya? Kami mendapati pengunjung lebih dari 800.000 orang.” Terang Ben lagi. 

Masa transisi seperti sekarang ini memunculkan premis baru yang juga memecah market live event. Ada yang masih merasa takut berada di keramaian dan ruang publik sehingga memilih untuk banyak di rumah saja. Ada pula mereka yang memiliki perspektif untuk hidup berdampingan dengan virus sambil menunggu kehadiran vaksin. Sehingga mereka melonggarkan diri untuk berada di ruang publik dan menikmati live event secara offline. Ini akhirnya memecah bisnis live event. Akan ada promotor yang fokus pada online event dan mengembangkan live streaming. Ada pula yang mungkin mulai merencanakan offline event kembali dengan tetap mematuhi dan memberlakukan protokol kesehatan. Akan tetapi selama belum ada vaksin dan protokol yang jelas untuk keamanan dan kesehatan bersama, sepertinya masih akan jadi pertanyaan besar apakah offline live event akan kembali digelar seperti sedia kala.

Previous
Previous

Ambisi Dole Mengeliminasi Sampah Makanan

Next
Next

Langkah Awal Apple Meninggalkan Desain Minimalis