Quick Commerce: Era Baru “Pasar” Digital

Ilustrasi oleh Disrupto

Baru-baru ini, istilah quick commerce di Indonesia mencuat lewat startup bernama Astro yang mendapatkan pendanaan lebih dari 60 miliar Rupiah dari berbagai venture capital. Meski model bisnisnya sudah familiar, serupa dengan bisnis ecommerce, tapi ternyata Astro yang menjadi salah satu jenis bisnis quick commerce memiliki perbedaan. Quick commerce pun dianggap sebagai “revolusi” ecommerce

Apa Itu Quick Commerce?

Secara sederhana, quick commerce memiliki konsep yang sama dengan ecommerce yaitu sebuah platform perdagangan digital. Perbedaannya terletak pada jenis pengiriman. Bisnis quick commerce menawarkan pengiriman kilat yang mana pelanggan mungkin mendapatkan produk yang dibeli hanya dalam jangka waktu satu jam. Oleh karena itu, produk-produk yang dijual pada platform quick commerce bukanlah produk yang membutuhkan kemasan berlapis atau persiapan panjang sebelum dikirim. Produk-produk yang dijual dalam bisnis quick commerce biasanya produk yang dibeli dalam jumlah sedikit dan barang-barang yang mudah dikirim seperti bahan makanan atau produk-produk rumah tangga. Produk-produk tersebut juga jenisnya adalah produk yang harus cepat diantar seperti makanan dan minuman.

Quick Commerce Bukan Konsep Baru

Melihat definisinya, quick commerce bukan konsep baru. Biasanya kita bisa mendapatkan servis pengiriman bahan makanan dengan aplikasi pengantar yang disatukan dengan servis transportasi. Akan tetapi, perbedaannya adalah platform quick commerce menampung jenis produk yang lebih beragam karena bekerja sama dengan mitra usaha lebih banyak pula.

Photo by Norma Mortenson from Pexels

Pandemi Memunculkan Kebutuhan

Dari pandemi, quick commerce dipertimbangkan menjadi sebuah kebutuhan baru. Nyatanya, ketika era pandemi masyarakat yang harus menjaga jarak butuh membeli barang-barang rumah tangga dan bahan-bahan makanan tanpa harus datang ke supermarket. Belanja online pun seakan jadi prioritas. Perubahan kebiasaan inilah yang dipercaya menjadi salah satu alasan quick commerce akan lebih dicari oleh masyarakat. Sekalipun masa pandemi telah usai. Apalagi mengingat pengirimannya yang kilat, masyarakat memiliki kecenderungan untuk memilih untuk mengunjungi platform quick commerce ketimbang ecommerce biasa.

Teknologi Canggih Quick Commerce

Perbedaan lain quick commerce dan ecommerce terletak pada pemanfaatan teknologi yang mendukung pengiriman quick commerce. Di Indonesia mungkin pengiriman dengan drone dan machine learning seperti kendaraan tanpa pengendara untuk mengantar paket belum hadir. Tapi di negara lain, pengiriman cepat dengan cara-cara tersebut sudah mulai dilakukan. Bayangkan, pengiriman dengan drone tentu saja akan lebih cepat ketimbang harus menggunakan metode pengiriman biasa seperti motor atau mobil, bukan? Perusahaan transportasi seperti Uber, misalnya, sudah menjajal inovasi tersebut di negara-negara lain. 

Startup Quick Commerce di Indonesia

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, perusahaan rintisan atau startup dengan kategori quick commerce yang ada di Indonesia saat ini salah satunya adalah Astro. Dengan kampanye pengiriman paket hanya dalam jangka waktu 15 menit, seperti bisnis quick commerce lainnya, Astro juga menawarkan layanan 24/7 alias tanpa henti. 


Melihat adanya kebutuhan di masyarakat, apakah startup sejenis nantinya akan mulai menjamur layaknya bisnis ecommerce dulu?

Previous
Previous

Prediksi Ancaman Keamanan Siber di Tahun 2022

Next
Next

Mengenal NFT, Tren Uang Digital Terkini