Prediksi Ancaman Keamanan Siber di Tahun 2022

Ilustrasi oleh Disrupto

Pandemi jelas mengubah perilaku masyarakat dalam mengonsumsi dunia digital. Fenomena yang mengharuskan masyarakat berada di rumah saja meningkatkan aktivitas digital secara drastis. Pandemi mempercepat laju pergerakan digitalisasi sehingga segala aspek kehidupan kini telah terintegrasi dengan dunia digital. Sayangnya, percepatan tersebut belum diikuti dengan proteksi yang mumpuni. Buktinya di tahun 2021 telah terjadi banyak kasus pencurian data masyarakat yang berasal dari salah satu lembaga pemerintahan. 

Tingginya penggunaan internet di tahun 2021 pun akan berdampak pada 2021 yang mana berdasarkan data yang dipublikasi dari Acronis Cyberthreats Report 2022, di tahun 2022 masih akan ada beberapa jenis ancaman keamanan siber yang perlu diselesaikan.

Bahaya Ransomware

Secara sederhana, ransomware merupakan perangkat perusak yang dirancang oleh pihak tidak bertanggungjawab untuk menghalangi akses pengguna pada sistem komputer. Untuk mendapatkan akses kembali, biasanya para peretas meminta tebusan pada para pengguna. Permasalahan yang sudah marak di Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa ini mungkin belum banyak ditemukan di Indonesia. Tapi melihat penggunaan internet yang melonjak di masa pandemi, bahaya ransomware mungkin terjadi di negara kita. 

Photo by cottonbro from Pexels

Cryptocurrency Pintu Masuk Kriminal Siber

Para peretas secara khusus sering menargetkan mereka yang memiliki aset digital atau cryptocurrency karena lebih mudah untuk dicuri. Kasus yang sering terjadi adalah para peretas menyerang program yang menggunakan cryptocurrency sebagai mata uang bertransaksi. 

Masih Maraknya Upaya Phishing

Tindakan kriminal phishing diprediksi masih akan marak terjadi tahun ini. Phishing merupakan tindakan pencurian data dengan mengirimkan tautan pada penerima pesan. Jika kita menekan tautan tersebut, peretas mendapatkan akses untuk masuk ke dalam sistem komputer kita dan mencuri seluruh data yang kita punya. Bahkan username, password, dan data kartu kredit (jika kita pernah menggunakan kartu kredit sebagai metode pembayaran secara daring).

Serangan Iklan Dengan Pemanfaatan Artificial Intelligence 

Meskipun teknologi Artificial Intelligence (AI) sangat bermanfaat untuk mempermudah segala aktivitas sehari-hari manusia, AI juga bisa berdampak buruk jika digunakan oleh para pihak yang melakukan tindak kriminal. Salah satunya adalah dengan menyebarkan iklan dengan memanfaatkan teknologi AI. Salah satu caranya adalah dengan menyebarkan tautan phising menggunakan sistem AI sehingga tautan yang tersebar bisa menjangkau lebih banyak orang. 

Bagaimana Solusinya?

Pertama, memberikan perlindungan ekstra pada berbagai perangkat komputer dapat menjadi salah satu solusi yang dapat menghindari peretasan. Carilah juga perangkat lunak yang dapat terintegrasi ke smartphone dan perangkat lainnya. Kedua, jangan membuka tautan yang terlihat mencurigakan atau berasal dari pengirim yang tidak dikenal. Jika memungkinkan gunakan VPN (Virtual Private Network) saat terkoneksi dengan sambungan internet di fasilitas umum. VPN melindungi perangkat dengan enkripsi sehingga perangkat seolah punya tembok yang menghalangi peretas menembus masuk. 

Terakhir, pastikan password untuk segala macam perangkat dan aplikasi yang digunakan tergolong password yang kuat. Jika bisa gunakan password yang agak panjang dengan kombinasi yang kompleks. Misalnya menggabungkan huruf besar dan kecil, angka, dan tanda baca. Jangan pernah membagikan password pada siapapun. Jika pada suatu kondisi password diketahui oleh orang lain, segera ubah password setelahnya. 

Previous
Previous

Sorotan Produk-Produk Teknologi di CES 2022

Next
Next

Quick Commerce: Era Baru “Pasar” Digital