Pandemi Dan Disinformasi
Hal ini berawal dari hasil wawancara harian Het Laatste Nieuws kepada seorang dokter umum bernama Kris Van Kerckhoven dari Putte, sebuah kota kecil dekat Antwerp, Belgia. Artikelnya diterbitkan pada tanggal 22 Januari dengan tajuk utama “5G Merupakan Ancaman Hidup dan Tak Satu Pun Orang yang Mengetahuinya.” Dalam artikel tersebut Van Kerckhoven menyatakan bahwa sinyal 5G bukan saja berbahaya, tetapi mungkin saja terhubung dengan virus corona. Tak disangka banyak sekali teori konspirasi yang merebak dari sebuah pernyataan yang belum terbukti secara ilmiah – memecah belah dunia internet dan diperdebatkan di dunia nyata, sampai-sampai menyulut amarah dan menimbulkan ancaman. Akhirnya harian tersebut memutuskan untuk menghapus artikel ini dari situsnya.
Pada saat itu, virus corona hanya ada di Wuhan, China. Tercatat 440 orang terinfeksi dan 9 orang meninggal. Dalam artikel berjudul “Virus Corona Terhubung Pada Sebuah Tautan”, jurnalis Het Laatste Nieuws menuliskan bahwa sejak tahun 2019, terdapat beberapa menara pemancar sinyal 5G yang dibangun di sekitar Wuhan. Mungkinkah kedua hal ini berhubungan satu sama lain? Saat mengomentari artikel tersebut, Van Kerckhoven berkata, “Saya belum memeriksa kebenarannya, tetapi pembangunan menara tersebut, mungkin saja berkaitan dengan kejadian saat ini.”
Tentunya komentar Van Kerckhoven ini langsung dikutip oleh kelompok anti 5G dan disebarkan melalui Facebook Page berbahasa Belanda, mereka mengklaim bahwa ini adalah sebuah bukti bahwa 5G berbahaya – sebuah klaim yang belum bisa dibuktikan. Dalam beberapa hari, teori ini menyebar ke lusinan Facebook Page berbahasa Inggris. Sebenarnya teori yang dijual oleh Van Kerckhoven bukanlah sesuatu yang baru, teori ini sudah terbentuk beberapa dekade belakangan karena kekhawatiran tidak berdasar perihal sutet di tahun 1980an dan jaringan ponsel di tahun 1990an. Dan sekarang, kekhawatiran tersebut dikaitkan pada wabah. “Karena pernyataan tersebut tidak berdasarkan fakta, dalam beberapa jam kami memutuskan untuk menarik kembali artikel tersebut. Kami menyesal dan sayangnya beberapa teori konspirasi cepat bermunculan setelahnya di beberapa situs, sehingga penyebaran cerita ini tidak bisa lagi dihentikan,’ ujar Dimitri Antonissen, editor harian Het Laatste Nieuws.
Teori bahaya teknologi sudah terbentuk beberapa dekade belakangan karena kekhawatiran tidak berdasar perihal sutet di tahun 1980an dan jaringan ponsel di tahun 1990an.
Di YouTube, sejumlah talkshow dan vloggers membuat konten dengan tema ‘mengungkap kebenaran’ tentang 5G dan virus corona dan mendapatkan puluhan ribu penonton. Tak hanya itu, banyak postingan di Facebook dengan tema serupa. Dalam beberapa minggu, akhirnya teori ini menjadi viral di media online didorong oleh algoritma yang membaca pola postingan.
Sekarang, teori konspirasi ini didukung oleh selebriti yang memiliki ratusan ribu bahkan jutaan followers, termasuk petinju Amir Khan, penyanyi Anne-Marie, aktor Woody Harrelson, hingga bintang pop Keri Hilson dan persona televisi Amanda Holden – yang belakangan menerangkan, bahwa ia tidak sengaja men-tweet tautan Change.org berisikan petisi anti 5G. Petisi yang pada saat itu sudah memiliki 110.000 lebih tanda tangan, akhirnya dihapus karena secara keliru menyatakan bahwa gejala akibat terpapar sinyal 5G sangat mirip dengan gejala penderita virus corona.
Baru-baru ini di Inggris, terjadi pembakaran sejumlah menara 5G. Menurut The Guardian, setidaknya ada 20 menara telepon seluler yang telah dirusak. Video penyerangan ini viral di media sosial dan semakin menyemangati pendukung anti-5G. Pada jumpa pers harian pemerintah Inggris terkait virus corona, menteri kabinet – Michael Gove mengatakan bahwa teori konspirasi 5G ini adalah hasil dari omong kosong yang berbahaya, sementara itu Prof. Stephen Powis – Direktur Medis Nasional Inggris – mengatakan, teori ini adalah kebohongan terburuk.
Komentar Van Kerckhoven tentang 5G, berkubang dalam teori konspirasi yang dibagi jutaan kali di media sosial. Ada 6 teori utama: bahwa 5G berbahaya; 5G melemahkan sistem kekebalan tubuh; efek dari sinyal 5G menimbulkan gejala yang sama dengan virus corona; lockdown dilakukan untuk menutup-nutupi proses instalasi jaringan 5G; Bill Gates ada hubungannya dengan hal ini; dan yang terakhir bahwa ini semua merupakan rencana pembunuhan massal dari Illuminati. Tak satu pun dari teori ini bisa dibuktikan kebenarannya, bahkan beberapa di antaranya merupakan tuduhan yang sangat serius.
Hampir semua postingan ini membuat kita lelah, mereka memanfaatkan kiasan radiasi non-pengion, jejak kimia, dan rencana jaringan rahasia pemerintah dalam menggunakan vaksin untuk mengendalikan manusia dan melumpuhkan organ tubuh dari jarak jauh. Josh Smith, seorang peneliti senior dari lembaga penelitian Demos mengatakan, “Pandemi yang terjadi saat ini menciptakan kondisi yang tepat untuk penyebaran pesan. Seperti teori konspirasi lainnya, idenya adalah dengan menyalahkan 5G atas situasi yang mencekam dan tidak pasti. Teori ini menyediakan penjelasan dan kambing hitam atas penderitaan yang disebabkan oleh pandemi; dan juga – telah menyarankan kita untuk merubuhkan menara 5G dan virusnya akan menghilang begitu saja.” Andai saja semudah itu dan yang lebih mengkhawatirkan, teori konspirasi yang beredar saat ini tidak sesederhana teori yang muncul pertama kali.
Pandemi yang terjadi saat ini menciptakan kondisi yang tepat untuk penyebaran pesan. Seperti teori konspirasi lainnya, idenya adalah dengan menyalahkan 5G atas situasi yang mencekam dan tidak pasti.
Stasiun siaran televiso dari Rusia bernama RT, selama lebih dari setahun telah menyerang peluncuran jaringan 5G. Pada satu segmen berita yang diterbitkan di YouTube, koresponden RT Michele Greenstein menjelaskan bahwa 5G dapat membunuh manusia, setidaknya Greenstein telah memberitakan teori ini sebanyak 10 kali sejak 2019. Hal ini merupakan bagian dari serangan terhadap 5G yang terkoordinasi dan berkelanjutan. Pada April 2019, RT memberitakan tentang anak-anak yang terpapar 5G menderita kanker, mimisan, dan ketidakmampuan belajar. RT tidak pernah secara langsung menghubungkan 5G dengan virus corona, mereka berperan memberikan legitimasi pada teori konspirasi seputar teknologi. Seperti yang diwartakan The New York Times, kampanye disinformasi RT terhadap 5G – tampaknya dilakukan untuk menghalangi peluncuran teknologi global sehingga Rusia dapat mengejar ketinggalan – telah menyebar ke berbagai blog dan akun media sosial.
Tidak hanya menyerang 5G, pada tanggal 29 Januari Greenstein membuka acara berita sore dengan monolog yang menyerang Bill Gates dan Gates Foundation, “Anda patut mencari tahu lebih jauh saat membaca berita tentang Gates Foundation yang berjanji memberikan sumbangan untuk melawan virus corona di China dan Afrika, tak hanya itu mereka juga akan terlibat langsung dalam upaya mencari penangkalnya.” Berita ini menjadi bahan bakar untuk teori konspirasi 5G yang sudah viral. Saat terjadinya wabah, bersamaan pula dengan kampanye disinformasi yang dijalankan Rusia. Pada tanggal 1 April, Uni Eropa mengeluarkan laporan yang menyorot 150 contoh kampanye disinformasi virus corona yang dilakukan oleh pendukung Kremlin, Rusia menyangkal laporan tersebut. Ursula von der Leyen – Presiden dari Komisi Eropa – telah mendesak perusahaan teknologi agar berupaya menghentikan penyebaran disinformasi virus secara online. Sebuah pekerjaan yang sangat rumit dan akhirnya gagal total.
Menurut CrowdTangle – platform analisis data media sosial yang dimiliki oleh Facebook – teori konspirasi 5G dan virus corona ini terbilang sangat cepat penyebarannya, dibantu oleh algoritma Facebook, Twitter, dan YouTube. Hingga awal Februari, sebagian besar teori ini berasal dari sekitar 1.000 postingan kelompok anti 5G dan mengumpulkan sekitar 45.000 interaksi. Kemudian pada 30 Januari, InfoWars menulis artikel tentang 5G yang diluncurkan berminggu-minggu sebelum wabah merebak dengan menghubungkan virus corona dan Gates Foundation. InfoWars menambahkan bahwa para ahli memperingatkan jika 5G dapat menyebabkan gejala yang mirip dengan flu. Dan pada 1 Februari, sebuah blog bernama Zerohedge, menulis bahwa virus corona bisa saja merupakan senjata biologi yang sengaja dibuat.
Keabsahan sebuah teori tentunya sangat bergantung pada dukungan atau pernyataan orang-orang yang ahli di bidangnya. Sebuah video ceramah yang diberikan oleh Thomas Cowan, seorang dokter dari California, mengklaim bahwa virus corona adalah keracunan yang disebabkan oleh 5G. Video ini telah diposting beberapa kali di YouTube dan Facebook, ditonton oleh lebih dari 640.000 pengguna. Ceramah Cowan disampaikan pada 11 Maret pada Health and Human Rights Summit, sebuah konferensi anti-vaksinasi, di Tucson, Arizona. Acara ini dipimpin oleh Andrew Wakefield, mantan dokter dan aktivis anti-vaksin dari Inggris. Pada 30 Maret, pengacara dan aktivis anti-vaksinasi Robert F. Kennedy, Jr. – putra Robert F. Kennedy dan keponakan mantan presiden AS John F. Kennedy – dalam postingannya di Facebook, ia mengatakan bahwa lockdown menghentikan langkah orang berunjuk rasa untuk mencegah perampok kelas kakap dan penghancur alam yaitu 5G.
Hingga saat ini, sudah ada 4.800 postingan Facebook tentang teori konspirasi 5G dan virus corona. David Icke, mantan pesepakbola dan ahli teori konspirasi terkemuka yang memiliki ratusan ribu pengikut di YouTube dan Twitter, juga mengunggah sejumlah video dan postingan tentang konspirasi 5G dan virus corona di akunnya. Dalam satu video yang berjudul "COVID-19 dan 5G – Apa Hubungannya?” sudah dilihat hampir 400.000 kali. Full Fact, sebuah organisasi yang menganalisis media sosial, telah menemukan teori konspirasi serupa juga tersebar di Prancis dan Yunani melalui Facebook, Twitter dan YouTube. Pada 5 April, juru bicara YouTube mengatakan kepada The Guardian bahwa mereka akan mengambil langkah untuk membatasi penyebaran teori konspirasi 5G dan virus corona. Menteri Kebudayaan Inggris, Olivier Dowden, mengatakan dia akan mengadakan rapat dengan berbagai platform teknologi untuk menegaskan kembali pentingnya menangani disinformasi.
Rasa penasaran - ketakutan dan ketidakpastian pada situasi saat ini - telah menyebabkan teori konspirasi 5G dan virus corona sebagai topik utama. Mulai dari saluran YouTube dan laman Facebook yang tidak jelas, hingga berita utama nasional, klaim tak berdasar bahwa 5G menyebabkan atau memperburuk virus corona, menghasilkan konsekuensi atau dampak yang nyata. Orang-orang membakar menara 5G sebagai bentuk protes. Pemerintah dan pakar kesehatan masyarakat secara langsung dipaksa untuk menghadapi omongan yang tidak berdasarkan pada fakta. “Seperti konten anti-vax, pesan ini menyebar melalui platform yang telah dirancang secara eksplisit untuk membantu menyebarkan konten yang menurut orang paling menarik; paling menarik untuk diklik,” ujar Smith dari Demos.
Rasa penasaran - ketakutan dan ketidakpastian pada situasi saat ini - telah menyebabkan teori konspirasi 5G dan virus corona sebagai topik utama.
Smith berpendapat bahwa sementara jejaring sosial telah berhasil menghapus konten yang terkait dengan terorisme dan eksploitasi seksual anak dari platform mereka, tetapi mereka terus gagal menangani disinformasi. "Pesan berbahaya di sekitar 5G menyoroti kebutuhan mendesak akan proses untuk mengidentifikasi dan menghapus informasi yang berbahaya, didorong oleh mereka yang ahli dalam bidang yang relevan, tetapi juga atas pengetahuan dan persetujuan publik," kata Smith. Namun, hingga saat ini, jejaring sosial sekali lagi gagal mengatasi krisis disinformasi yang menyebabkan kerusuhan di platform mereka.