Selamatkan Sektor Pertanian Dengan Digitalisasi
Sektor pertanian menjadi salah satu sektor yang berkontribusi besar terhadap Produk Domestik Bruto nasional. Sayangnya, beberapa tahun terakhir pendapatan tersebut menurun karena produktivitas pertanian yang dianggap lesu akibat berbagai faktor. Salah satunya adalah kurangnya minat para penerus di bidang pertanian. Seperti yang dilansir dari halaman situs ITB, petani di Indonesia mayoritas berusia di atas 45 tahun di mana anak-anak muda sudah tidak lagi tertarik menjadi petani. Pemanfaatan teknologi juga terbilang rendah sehingga praktik yang dilakukan masih dengan cara konvensional. Konsep pengembangan pertanian dalam kampanye Revolusi 4.0 pun dianggap dapat menjadi solusi. Revolusi Pertanian 4.0 dirancang dengan melibatkan teknologi digital dalam proses pengembangannya.
Sistem Digitalisasi Yang Menunjang
Para peneliti di bidang pertanian pun berpendapat bahwa teknologi dan sistem digitalisasi dapat menunjang berbagai aktivitas bertani. Seorang alumni Teknik Fisika ITB bernama Nugroho Hari Wibowo dalam situs ITB tersebut menyebutkan salah satu contoh solusi dengan pemanfaatan teknologi digital. Disebut Encomotion, sistem irigasi pintar berbasis IoT ini berupa machine-to-machine yang mengatur kebutuhan air tanaman secara otomatis berdasarkan kondisi lingkungan tanaman berada. Sistem ini dibuat untuk mengatasi masalah air sungai yang mengering ketika musim kemarau dan penggunaan pestisida kimia untuk mencegah hama.
Dengan menggunakan Encomotion, para petani memperoleh data suhu, cahaya, kelembaban, curah hujan, serta kecepatan angin yang dapat dilihat secara real-time. Sehingga para petani dapat lebih tahu pasti langkah pencegahan yang harus dilakukan ketika data-data menunjukkan dampak yang buruk untuk hasil tani.
Menarik Minat Generasi Muda
Melonjaknya penggunaan internet di masa pandemi dapat menjadi keuntungan sendiri bagi sektor pertanian. Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Indra Setiawan, dalam sebuah kesempatan menyatakan bahwa digitalisasi sektor pertanian perlu dipercepat dalam rangka menarik minat generasi muda terhadap pengembangan pertanian. Faktanya, selama pandemi ketertarikan masyarakat di bidang pertanian meningkat. Aktivitas menanam di rumah sebagai pengisi waktu semakin ramai dilakukan para masyarakat urban. Bahkan jumlah generasi muda yang mulai tertarik membicarakan dan melakukan praktik yang ada di sektor pertanian juga meningkat.
Jika minat tersebut ditunjang dengan kecanggihan teknologi digital, sektor pertanian bisa kembali hidup dan berkembang. Apalagi Badan Pusat Statistik telah mengemukakan adanya kenaikan jumlah tenaga kerja di sektor pertanian sebanyak 2,78 juta dari Agustus 2019 hingga Agustus 2020.
Teknologi Digital Beri Keuntungan Lebih Pada Petani
Sistem digital dinyatakan dapat mempertemukan para petani dengan konsumen lebih mudah. Dengan begitu, mereka tidak lagi perlu bergantung pada tengkulak atau distributor. Oleh sebab itu, mereka bisa menaikan harga jual yang biasanya dipotong oleh para tengkulak atau distributor. Meskipun begitu, edukasi teknologi perlu diadakan terlebih dahulu agar para petani dapat lebih terdidik dan kritis dalam penggunaannya.
Di samping itu, keberadaan teknologi digital seperti aplikasi yang berhubungan dengan pertanian juga dapat membuat sektor ini terlihat lebih menjanjikan untuk para generasi muda. Inovasi teknologi digital bisa mengarahkan para generasi muda untuk kembali melihat potensi sektor pertanian. Pasalnya, selama pandemi sektor pertanian terbukti menjadi sektor terpenting selama pandemi. Kehadiran inovasi digital pun disinyalir dapat meningkatkan kualitas sektor pertanian Indonesia. Tidak hanya dalam pengelolaan lahan pertanian tapi juga sumber daya manusia di dalamnya.