Mungkinkah Ada Dunia Baru?

D-Journal-14-Duniabaru-01.jpg

Meski telah dipensiunkan oleh NASA pada Oktober 2018 karena kehabisan bahan bakar, namun teleskop luar angkasa Kepler tetap menarik perhatian karena penemuan-penemuannya yang tetap berguna hingga kini. Selama misinya, Kepler telah menjelajahi semesta selama sembilan tahun untuk mencari eksoplanet (planet lain di luar tata surya – red.) dan menemukan beberapa planet yang aneh dan cukup menarik untuk dibahas.

Para ilmuwan yang menganalisa berbagai data dari Kepler menemukan sebuah planet yang hampir sama dengan bumi baik dari ukuran, suhu, dan terletak dalam zona bintang layak huni – sebuah wilayah yang kemungkinan memiliki sumber air.

Penemuan yang baru saja diumumkan bulan ini dan diterbitkan dalam The Astrophysical Journal Letters, membawa kita lebih dekat lagi dalam perjalanan pencarian dunia baru di luar tata surya.

Planet yang baru ditemukan ini – secara ukuran – sedikit lebih besar 1,06 kali dari bumi. Sementara jaraknya berada 300 tahun cahaya dari bumi. Planet yang diberi nama Kepler-1649c, menerima 75 persen jumlah cahaya dibandingkan cahaya yang diterima bumi dari matahari. Dengan begitu, suhunya diperkirakan tak beda jauh dengan suhu bumi.

"Penemuan Kepler-1649c memberikan harapan besar kepada kita, bahwa dunia baru itu ada, terletak di antara bintang-bintang, dan menunggu untuk ditemukan," kata Thomas Zurbuchen, Associate Administrator dari Direktorat Misi Sains NASA di Washington DC.

Kepler-1649c mengorbit pada bintang Red Dwarf – jenis bintang yang paling umum di galaksi, mereka jauh lebih dingin dan lebih kecil dari matahari (dengan massa sekitar 0,08 sampai 0.6 dari matahari), tetapi memiliki medan magnet yang lebih kuat dan sering terjadi ledakan. Menurut NASA, ledakan ini lah yang dapat membuat lingkungan planet hampir tidak mungkin bisa untuk kehidupan.

Para ilmuwan juga masih belum yakin pada atmosfer Kepler 1649c, karena atmosfer mempengaruhi suhu dan potensinya untuk menyokong kehidupan manusia. Sebagai tambahan informasi, karena jarak orbit pada bintangnya sangat dekat maka satu tahun di planet ini setara dengan 19,5 hari di bumi. 

Tapi para ilmuwan menemukan bahwa ada planet kedua dalam sistem orbitnya, yang memiliki jarak lebih dekat lagi dengan bintangnya. Kedua planet ini memiliki rasio periode orbit yang hampir sempurna. Jadi, saat planet terluar mengelilingi bintangnya sebanyak empat kali, planet yang berada di dalam mengorbit hampir tepat sebanyak sembilan kali. Menurut NASA, rasio yang stabil ini adalah tanda bahwa sistem itu sendiri stabil dan cenderung dapat bertahan hidup untuk waktu yang lama.

Misi Kepler yang diluncurkan pada Maret 2009 adalah untuk mencari planet melalui metode transit dengan menerbangkan sebuah alat pelacak antariksa, mengamati, dan mencatat tingkat kecerahan bintang-bintang. Hasil pengamatan tersebut dapat mengindikasi adanya planet di sekitar bintang. 

Meski sangat efektif, metode ini masih mempunyai kekurangan. Pencarian planet dengan metode Kepler ini mengharuskan orbit planet yang diamati tersebut sejajar dengan orbit Kepler. Sehingga Kepler bisa saja salah mendeteksi tingkat kecerahan.

Untuk mengatasinya, tim ilmuwan di belakang misi Kepler merancang sebuah algoritma, yang disebut Robovetter. Algoritma ini bekerja dengan cara melihat melalui data dan memastikan tingkat kecerahan mana yang merupakan eksoplanet dan mana yang bukan. Tentunya para ilmuwan harus memeriksa ulang dengan menelusuri data yang sudah tercatat.

Selama lebih dari enam tahun, Kepler 1649c dianggap sebagai penemuan yang salah – bukan sebuah eksoplanet.  “Jika kami tidak melihat pekerjaan algoritma tersebut dengan sungguh-sungguh. Kami tidak akan pernah menemukan Kepler-1649c,” ujar Andrew Vanderburg, seorang peneliti dari University of Texas di Austin dan juga penulis utama jurnal astrofisika.

Penemuan baru ini tidak hanya menempatkan eksoplanet lainnya dalam daftar yang berpotensi layak huni, tetapi juga memberikan bukti bahwa bintang katai merah (red dwarf – red.) layaknya matahari, dapat menjadi pusat tatanan untuk planet yang berpotensi layak huni.

Vanderburg menambahkan, “Dengan semakin banyaknya data yang kami dapatkan, semakin banyak pula petunjuk yang diberikan tentang dugaan adanya eksoplanet yang layak huni. Selain itu bintang red dwarfs yang berada di hampir semua tempat di galaksi – dikelilingi oleh planet-planet kecil berbatu – mungkin saja salah satu dari planet tersebut mirip dengan bumi dan berpotensi untuk dihuni.”

Previous
Previous

Grab Hadirkan Layanan GrabWheels di Rumah Sakit Darurat COVID-19

Next
Next

Tanaman Menyala Dalam Gelap