Menanti Bayi Dilahirkan Oleh Robot
Janin manusia membutuhkan waktu sekitar 37 minggu di dalam kandungan untuk benar-benar berkembang sepenuhnya menjadi seorang bayi. Namun nyatanya tidak semua bayi bisa berada di dalam kandungan ibunya sesuai waktu tersebut karena satu dan lain hal yang menyebabkan kelahiran secara prematur.
Melalui sebuah studi ditemukan bahwa dalam satu tahun terdapat sekitar 15 juta janin yang lahir terlalu awal atau prematur. Dalam penelitian tersebut juga disampaikan bahwa kurang lebih satu juta janin yang dilahirkan lebih awal tersebut meninggal akibat komplikasi dalam kelahiran.
Meski umumnya janin yang lahir kurang dari 24 minggu akan meninggal, namun ada juga kesempatan untuk janin tersebut dapat hidup. Namun biasanya bayi yang lahir kurang dari 24 minggu akan mengalami permasalahan pada paru-paru dan juga kerusakan sistem otak. Walaupun saat ini kita mengenal mesin inkubator yang dapat membantu, namun kemungkinan bayi yang dilahirkan sebelum 24 minggu selamat sangat kecil.
Berangkat dari permasalahan tersebut, saat ini tengah banyak penelitian yang mengembangkan konsep artificial womb atau rahim buatan sebagai bentuk lebih lanjut dari inkubator. Pengembangan rahim buatan ini menjanjikan dapat mengatasi problema kelahiran secara prematur dan memungkinkan sebuah janin berkembang selama sembilan bulan di luar kandungan. Lalu bagaimana cara kerjanya?
Dari sisi desain, konsep rahim buatan yang diberi nama Growth Pods ini terdiri dari sebuah ruang untuk menjadi ‘kamar’ untuk janin. Ruang tersebut dibuat sangat mirip dengan uterus seorang calon ibu. Ruang ini juga menyediakan temperatur optimal dan kelembapan yang sesuai untuk perkembangan janin. Selain itu, dalam rahim buatan ini juga terdapat sebuah tempat lain yang akan memroduksi darah kaya oksigen yang akan disediakan sampai waktu kelahiran.
Rahim buatan ini juga akan dipenuhi cairan ketuban untuk menjaga janin dengan nutrisi yang dibutuhkan. Selain itu ruang yang digunakan sebagai kamar dari janin ini juga memiliki sensor yang dibuat dengan teknologi AI. Sensor ini akan memantau tanda-tanda vital dari sang janin dalam masa perkembangan seperti detak jantung dan juga pernapasan. Selain itu, akan ada sebuah layar yang menampilkan data secara langsung saat program pengembangan janin beberapa bulan setelah ia dimasukkan ke dalam rahim buatan tersebut. Janin akan berada di dalam Growth Pods selama sembilan bulan sampai ia benar-benar siap dilahirkan.
Konsep pengembangan janin di dalam perut buatan ini dinamakan ectogenesis. Ecto diartikan sebagai luar lingkungan dan genesis sebagai pembentukan. Sebenarnya ini bukanlah sebuah teknologi yang terbilang baru, pengembangan rahim buatan ternyata sudah dimulai sejak tahun 1950. Pada tahun 1955, Emanuel Greenberg mematenkan desain rahim buatannya yang menjadi penelitian pertama dengan tujuan membantu bayi-bayi prematur untuk bisa bertahan hidup dan sehat saat dilahirkan. Dalam masa itu, inkubator sudah tersedia sehingga tidak banyak peneliti yang tertarik untuk meneliti lebih lanjut terkait rahim buatan.
Pada tahun 1990, di kota Tokyo, peneliti mencoba mengembangkan janin seekor kambing di dalam rahim buatan. Rahim buatan tersebut terbuat dari karet sedangkan janin dipindahkan dengan cara mengoperasi kambing secara caesar.
Walaupun pengembangan perut buatan bukan hal yang baru, diharapkan bahwa teknologi ini terus berkembang di masa depan. Growth Pods saat ini sedang dikembangkan dengan tujuan untuk memberikan harapan kepada banyak keluarga untuk mendapatkan anak dan juga membuat bayi-bayi prematur tetap bertahan hidup dan juga sehat setelah dilahirkan. Teknologi ini sangat diharapkan akan berkembang menjadi salah satu teknologi yang membantu reproduksi manusia di masa depan.